ABSTRAKSalah satu dari sekian banyak masalah yang biasanya dialami oleh remaja
adalah masalah yang berkaitan dengan perkembangan seksualitasnya seperti
faktor. Pertama, remaja mengalami perubahan fisik yang melibatkan perubahan
bentuk tubuh, perubahan hormonal yang mendorong munculnya perilaku seksual,
serta kematangan organ-organ reproduksi yang membuat individu telah mampu untuk
mftnghasilkfln keturunarL Selain faktor kematangan biologis yang terjadL dalam
dirinya, perilaku seksual remaja juga dipicu oleh ekspose media cetak dan elektronik
yang kurang memberikan informasi mengenai konsekuensi negatif dari hubungan
seksual pranikah. Di samping itu, berkembang pula keyakinan-keyakinan remaja
yang. salah seperti keyakinarL bahwa. mereka^ tidak akan hamil bila melakukan
hubungan seksual imtuk pertama kalinya atau bila hanya menempelkan alat kelamin
dengan lawan jenis (Sarwono, 1991). Faktor pemicu lain yaitu saat ini terjadi
pergeseran norma yang membuat remaja cenderung bersikap permisif dan bebas
dalam melakukan hnhiingan seksual (Dacey^ 1982) Hal ini sekali lagLtidak dibarengi
dengan pengetahuan seksual yang memadai. Data penelitian juga menunjukkan
peningkatan jumlah kehamilan remaja, penyakit menular seksual, HIV/AIDS serta
aborsi (Hayes, 1987; WHO, 1993; LDUI, 1999). Beberapa hal tersebut di atas cukup
untuk menekankan perlunya remaja putri memiliki pengetahuan seksual yang
memadai. Pengetahuan seksual yang baik berperan penting sebagai alat kendali bagi
remaja untuk mempertimbangkan sebelumnya konsekuensi dari suatu hubungan
seksual sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang tepat sebelum bertindak
lebihjauh.
Pengetahuan seksual yang diperoleh rem^ tidak terlepas dari sumber
informasi pengetahuan tersebut. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa remaja
memperoleh pengetahuan seksual mereka dari teman sebaya, sekolah, majalah, orang
tua, film dan televisi (David & Harris, 1982; Syartika, 1998). Namun, tidak semua
sumber informasi memberikan informasi yang akurat.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk memperoleh gambaran pengetahuan
seksual remaja putri yang diperoleh dari berbagai sumber informasi. Selain itu
peneliti juga ingin mengetahui gambaran sumber informasi subyek dalam
memperoleh pengetahuan seksual tersebut. Sehingga kemudian dapat diketahui sumber informasi tnana yang memberikan informasi yang benar dan yang
memberikan-infonnasLyang^alah.
Pftnwlitian ini Hilakiikfln paHa siswi kela.s TT dan TTT SMU Tarakanita.I, yang
telah mendapatkan pendidikan seksual dari sekolah, dengan menggunakan tehnik
purposive sampling. Setiap subyek dalam penelitian ini mend^atkan kuesioner yang
terdiri dari dua bagian, yaitu kuesioner pengetahuan seksual beserta pemilihan
sumber infnrmasi dan kiipginner pnla asuli iintuk memperoleh gambaran pola.asuh
subyek yang akan digunakan sebagai salah satu data kontrol untuk memperkaya hasil
penelitian. Data yang diperoleh dari kuesioner pengetahuan seksual diolah dengan
menggunakan SPSS for Windows Release 9.01. Sedangkan data yang diperoleh dari
knpginnftr pnla a
secara manual.
Ha-sil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar subyek memiliki
pengetahuan yang memadai mengenai kehamilan (64,11%), penyakit menular
seksuaL (79,69%),. Hiy/AIDS (56,25.%), serta kontrasepsi (91,19%)^ Dalam hal
sumber informasi, sebagian besar subyek dengan proporsi sebanyak 70,31%
mendapatkan pengetahuan ssk&ual dari sekolah sebagai sumber informasi utama
mereka Sedangkan proporsi kedua terbanyak sebesar 15,63%, mend^atkan
pengetahuan. seksualnya. dari majalah DarL hasil tamhahan yang. diperoleh. dari
penelitian ini, menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara semua jenis
pengetahuan seksual yang diperoleh dari sumber informasi yang berbeda. Selain itu
juga tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan yang dimiliki subyek
dengan pnla asiih antnritarian^ aiitnritatif^ maiipiin perrpisif
Dari penelitian yang dilakukan, peneliti menyarankan agar orangtua dapat
menciptakan komunikasi yang terbuka dengan anak serta menambah pengetahuannya
mengenai masalah-masalah seksual, sehingga d^at memberikan informasi yang
akiirat kepada remaja Selain itii^ disarankan jnga agar sekolah dalam.memberikan
materi pendidikan seksual turut memperhatikan perkembangan kognitif remaja,
sehingga dapat meminimalkan kesalahan remaja dalam menginterpretasi informasi
yang diberikan. Penelitian ini dapat diperluas dengan melakukan penelitian lebih
lanjnt mengenai perhandingan antara pengetahuan seksual serta sumber. informasi
pengetahuan seksual pada remaja yang telah mendapatkan pendidikan seksual dari
sekolah dan yang tidak mendapatkan pendidikan seksual dari sekolah.