ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah gambaran peran jenis
kelamin pria penari tarian tradisional. Pemilihan pokok permasalahan dilandasi oleh
kenyataan bahwa umumnya pria (khususnya remaja pria) tidak tertarik menjadi penari.
Ketidak-tertarikan pria untuk menjadi penari dapat disebabkan oleh unsur-unsur tarian
(gerak, ekspresi, dan ritme), dan juga ketrampilan penunjang tarian (diantaranya tata rias
wajah dan tubuh), yang kesemuanya itu cenderung menuntut pria untuk lebih
mengembangkan sifat/ciri-ciri feminin (kewanitaan).
Kehidupan sanggar tari yang umumnya wanita menjadikan kaum pria sebagai
golongan minoritas. Pergaulan bersama wanita akan menyebabkan remaja pria Iebih
menginternalisasikan nilai-nilai dan ketrampilan wanita, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan ia lebih terpengaruh oleh sifat-sifat feminin. Kondisi ini lebih diperparah
lagi oleh berkembangnya stereotip peran jenis kelamin didalam masyarakat, akibatnya
sebagai golongan minoritas para penari pria sering dianggap memiliki sifat-sifat dari
golongan mayoritasnya (wanita).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas diperkirakan adanya hubungan antara peran jenis
kelamin penari pria dengan faktor-faktor seperti : usia mulai menari, lamanya bergabung
dalam sanggar tari, dan banyaknya tarian yang dikuasai.
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 1996 sampai Desember 1996,
terhadap sejumlah sanggar tari tradisional di Jakarta. Subyek penelitian adalah penari pria
yang berusia remaja, yaitu mulai dari 11 tahun sampai 24 tahun. Subyek diambil secara
accidental/incidental sampling dengan teknik non probability sampling. Subyek
penelitian yang berhasil diperoleh berjumlah 71 orang.
Penelitian ini menggunakan kuesioner dan skala maskulin-feminin. Kuesioner terdiri
dari data kontrol dan data-data tambahan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Skala
maskulin-feminin digunakan untuk mengetahui tingkat maskulinitas dan femininitas
individu. Skala ini merupakan axlaptasi dari Bern 's Sex Role Inventory.
Metode analisa data menggunakan prosentase, dan untuk mengetahui ada-tidaknya
hubungan antara maskulinitas-femininitas dengan usia awal menari, lamanya bergabung
dalam sanggar tari, dan banyaknya tarian yang dikuasai, digunakan perhitungan Chi-
Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran peran jenis kelamin penari pria
cenderung berperan jenis kelamin maskulin, androgini, dan feminim. Selain itu diketahui
bahwa hanya faktor usia awal mulai menari yang terbukti secara signifikan berhubungan
dengan peran jenis kelamin penari pria. Sedangkan faktor lamanya bergabung dalam sanggar tari dan banyaknya tarian yang dikuasai tidak terbukti secara signifikan
berhubungan dengan peran jenis kelamin penari pria.
Dengan demikian, dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa sebagian besar
penari pria ternyata dapat tetap mempertahankan peran jenis kelamin maskulin, yang
merupakan peran jenis kelamin yang cocok bagi pria. Usia awal mulai menari merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan peran jenis kelamin penari pria.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, akhirnya peneliti mengajukan beberapa saran,
yaitu : bagi pria yang beminat menjadi penari disarankan untuk memperhatikan faktor usia
saat berniat menjadi penari, pria jangan ragu untuk menjadi penari karena ternyata hanya
sebagan kecil saja penari pria yang tergolong feminin. Sedangkan masyarakat disarankan
untuk Iebih menerima dan mendukung pria menjadi penari.