ABSTRAKPada masa remaja teman sebaya memegang peran penting, dimana pada
masa ini ketergantungan anak pada keluarga menjadi berkurang dan kebutuhan
akan rasa aman diperoleh melalui teman-teman kelompok sebaya (Tumer &
Helms, 1995). Remaja umumnya tidak ingin dianggap beda dengan orang lain,
akibatnya mereka cenderung melakukan konformitas dengan kelompok sebaya
Konformitas itu sendiri adai ah suatu perubahan tingkah laku atau keyakinan
sebagai hasil nyata dari tekanan yang diberikan kelompok Dengan keinginan
untuk diterima secara sosial, remaja sangat memperhatikan karakteristikkarakteristik
yang ditampilkan anggota kelompoknya seperti cara berpakaian,
gaya rambut, selera musik, cara berbicara dan aktivitas waktu luang (Clasen &
Brown, 1987 dalam Santrock, 2001). Konforaiitas terhadap kelompok sebaya
kemudian dikaitkan juga dengan orientais tujuan akademik siswa.
Orientasi tujuan menurut Meece, Blumenfeld & Hoyle (1988). Orientasi
tujuan siswa digambarkan sebagai suatu set perilaku yang bertujuan untuk
menentukan bagaimana pendekatan dan keterlibatan siswa dalam belajar. Teori ini
di bagi ke dalam 2 bagian besar yaitu : orientasi mastery dan orientasi
performance (Henderson & Dweck, 1990; Dweck & Legget, 1988 dalam
Santrock, 2001). Orientasi mastery mengacu kepada pencapaian kompetensi
dengan jalan menambali atau meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan
ketrampilan individu. Penekanan pada proses belajar. Sedangkan orientasi
performance mengacu kepada acuan yang dicapai orang lain dalam mencapai
kesuksesan selain untuk menghindari pandangan sosial yang rendah terhadap
kompetensi yang dimilikinya Penekanan kepada hasil yang dicapai.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara tingkah laku
konforaiitas, orientasi mastery, orientasi performance, dengan prestasi akademik
remaja Penelitian ini dilakukan di SMA 43, diperoleh hasil penelitian: tingkah
laku konformitas dan orientasi mastery berkorelasi negatif signifikan (r = -0,230
p<0,05), orientasi mastery dan prestasi akademik berkorelasi positif signifikan
(r= 0,167 p<0,05), dan orientasi mastery memberikan sumbangan sebesar 4,4 %
pada prestasi akademik. Dari hasil perhitungan statistik maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
semakin tinggi tingkah laku konformitas yang ditampilkan maka semakin rendah
orientasi siswa ke arah mastery. Begitu pula jika orientasi mastery siswa rendah
maka prestasi akademik yang dicapainya puri akan rendah.
Hubungan yang semula dihipotesiskan dan ditolak adalah: adanya
hubungan positif signifikan antara tingkah laku konformitas dengan orientasi
performancey hubungan yang signifikan antara orientasi perfonnance dengan
prestasi akademik dan hubungan yang signifikan antara konformitas dengan
prestasi akademik. Penyebab ditolaknya hipotesis mungkin disebabkan sampel
yang homogen (berasal dari satu sekolah saja), adanya variabel lain yang lebih
dominan (intelligensi merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh pada
prestasi akademik). Saran-saran yang diberikan diantaranya melakukan
pengambilan data pada berbagai sekolah, mempergunakan kecerdasan sebagai
variabel yang dikontrol dalam mengukur prestasi akademik.