ABSTRAKPada masyarakat kita , masih banyak anggapan bahvva seks merupakan hal yang
tabu untuk dibicarakan. Orang tua yang seharusnya merupakan sumber utama bagi anak
dalam memberikan pendidikan seksual juga masih ragu dan malu untuk melakukan salah
satu tugasnya tersebut. Sedikit sekali orang tua yang mau menginformasikan
pengetahuan tentang masalah seks pada anaknya. Hal ini terjadi karena orang tua tidak
tahu atau merasa enggan bercerita mengenai seks (Dr.dr. Satoto dalam Kompas, 1994).
Akibat kurangnya informasi mengenai pendidikan seks dari orang tua serta
adanya sumber-sumber yang dapat menimbulkan salah pengertian, maka sekolah
merupakan altematif yang tepat untuk mengantisipasi hal ini. Alasan yang mendasarinya
adalah bahwa sekolah merupakan suatu lembaga yang mampu mencakup remaja dari
berbagai kalangan. Walaupun banyak terdapat lembaga atau perkumpulan remaja, namun
hanya sebagian dari remaja yang ikut terlibat, sehingga apabila pendidikan seks diadakan
melalui perkumpulan remaja saja, maka akan banyak remaja yang tidak mendapat
kesempatan untuk memperoleh informasi/pendidikan tersebut (Rice, 1996).
Beberapa SMU Swasta memasukkan pendidikan seks ke dalam kegiatan
ekstrakurikuler olahraga dan kesehatan (Iskandar, 1998). Sedangkan SMU Negeri di
wilayah Jakarta telah mengantisipasi hal ini melalui pelajaran Biologi. Salah satu SMU
Negeri yang memberikan materi kesehatan reproduksi melalaui pelajaran Biologi adalah
SMU negeri 8 Jakarta.
Remaja merupakan suatu periode transisi, dan pada masa ini remaja banyak
mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya yang menuntut mereka beradaptasi
dengan perubahan tersebut serta tuntutan yang ada di masyarakat. Perubahan-perubahan
yang teijadi pada masa remaja adalah perubahan fisik, emosi, kognitif, dan
perkembangan kepribadian sosial.
Tujuan pendidikan kesehatan reproduksi remaja adalah untuk mempersiapkan
remaja menghadapi beberapa kejadian penting yang berpengaruh pada kesehatan
reproduksi remaja, seperti misalnya saat baru melahirkan, mengalami hubungan seksual,
alat kontrasepsi, mengalami infeksi penyakit menular, dan saat pertamakali mngethui
bahwa dirinya hamil. Selain itu, pemberian pendidikan kesehatan reproduksi juga berisi mengenai penanaman nilai-nilai yang harus disampaikan untuk mencegah perilaku
seksual yang tidak bertanggung jawab.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pemahaman
siswa, serta pendapat guru dan siswa SMU Negeri 8 mengenai pemberian materi
kesehatan reproduksi yang disampaikan melalui pelajaran Biologi.
Responden penelitian ini adalah siswa kelas II SMU Negeri 8 yang berjumlah 80
orang dan tiga orang guru Biologi. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
digunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Alat penelitian untuk siswa
terbagi atas lima bagian, dimana tiga bagian pertama bertujuan untuk menguji
pemahaman siswa terhadap materi kesehatan reproduksi, AIDS, dan alat kontrasepsi,
sedangkan untuk bagian ke empat dan ke lima bertujuan untuk menggali pendapat siswa
terhadap prosees pembelajaran Biologi "Plus" dan hambatan yang dialami selama
kegiatan Biologi "Plus" berlangsung. Untuk kuesioner guru terbagi atas empat bagian.
Bagian pertama berisi mengenai materi tambahan yang diajarkan guru melalui Biologi
"Plus", bagian kedua adalah untuk menggali proses Kegiatan Biologi "Plus" dan
hambatan yang dialami guru, sedangkan bagian keempat dan ke lima berisi mengenai
pertanyaan terbuka
Teknik pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan
perhitungan persentase dari pendapat responden siswa dan guru, serta menghitung
korelasi dengan menggunakan teknik Pearson Product Moment dengan menggunakan
program komputer SPSS 8.00 for Windows. Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui
bahwa tingkat pemahaman responden siswa terhadap materi kesehatan reproduksi secara
umum masih rendah, sehingga hal ini perlu menjadi perhatian para guru Biologi dan
pihak sekolah. Pemahaman siswa terhadap materi kesehatan mengenai alat kontrasepsi
dan AIDS lebih baik dibandingkan dengan pemahaman siswa terhadap materi lain yang
tercakup dalam kuesioner. Selain itu untuk sebagian besar siswa dan guru berpendapat
bahwa pemberian materi kesehatan reproduksi melalui pelajaran Biologi sudah tepat,
namun hambatan yang dirasakan adalah terbatasnya waktu. Hal ini menyebabkan banyak
materi kesehatan reproduksi yang belum disampiakan pada siswa, dan dari pihak siswa
mereka berpendapat rasa ingin tahu mereka tidak terpenuhi.