ABSTRAKKrisis dalam bidang ekonomi dan perbankan yang berkepanjangan telah membawa
berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah bertambahnya jumlah
pengangguran secara drastis akibat pemutusan hubungan kerja. Bagi mereka yang terkena secara
langsung pemutusan hubungan kerja, masalah yang dihadapi tidak selalu mengenai ekonomi.
Pekerjaan telah menjadi salah satu dari dunia mereka, karena melalui bekerja mereka dapat
berkarya yang mana merupakan salah satu ciri khas manusiawi. Akibatnya ketika mereka secara
tiba-tiba kehilangan sebuah pekerjaan yang seringkali menjadi salah satu identitas diri mereka,
mereka harus bergelut dengan pencarian makna yang mungkin terkandung di balik peristiwa
tersebut sehingga mereka tidak terjebak dalam perasaan kekosongan hidup yang oleh Frankl
disebut sebagai existential fruslralion. Pertanyaan mengenai makna dalam kehidupan individu
yang dapat membantunya untuk menjalani kehidupan ini adalah suatu bukti kesadaran dirinya
mengenai eksistensinya di dunia ini.
Teori yang digunakan dalam ; enulisan skripsi ini adalah teori mengenai logoterapi yang
dikemukakan pertama kali oleh Viktor E. Frankl. Frankl mencetuskan teori ini berdasarkan pada
pengalamannya selama Perang Dunia II di mana ia menjadi narapidana pada empat kamp
konsentrasi Nazi. Penderitaan yang dialami oleh para narapidana ternyata dapat membawa
mereka ke dalam perubahan yang berbeda-beda. Ada individu yang menjadi seperti hewan yang
ganas untuk mempertahankan hidupnya, tetapi ada juga yang mencapai pemenuhan kehidupan
spiritualnya seperti yang terjadi pada diri Frankl sendiri. Frankl kemudian menyadari bahwa
kemampuan untuk menemukan makna dalam setiap peristiwa yang terjadi itulah yang dapat
membuat manusia bertahan bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun. Dalam kaitannya dengan masalah kehilangan pekerjaan, Pulley (1997) juga menemukan
reaksi yang berbeda-beda pada mereka yang kehilangan pekerjaan. Mereka yang berhasil
menemukan makna melalui peristiwa tersebut kemudian menjalankan kehidupan yang lebih baik,
karena mereka menyadari bahwa semua peristiwa yang mereka alami ini akan membawa mereka
kepada sesuatu untuk masa depan mereka.
Penelitian yang dilakukan di sini bersifat kualitatif dengan metode pengumpulan data
wawancara dan obserrvasi. Keempat responden ternyata menunjukkan reaksi yang berbeda-beda
dalam penghayatan mereka akan peristiwa ini. Setelah dilakukan analisa individual untuk setiap
kasus, penulis juga melakukan analisa banding antar kasus, berusaha untuk menemukan
persamaan dan perbedaan untuk kategori proses dan komponen dalam tahap pencarian makna
yang mereka jalani.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keempat responden menjalani tahapan yang
kurang lebih sama dalam proses penemuan makna, hanya ada satu responden yang menjalani
urutan yang sedikit berbeda. Analisa banding yang dilakukan dengan proposisi teoritis mengenai
proses dan komponen yang dimiliki oleh subyek dalam tahapan pencarian makna juga
menunjukkan hasil yang kurang lebih sama antara apa yang dialami oleh subyek dengan yang
terdapat pada proposisi teoritis. Keempat subyek menjalani tahap-tahap yang kurang lebih sama
dengan proses yang terdapat pada proposisi teoritis. Untuk kategori komponen ditemukan
komponen-komponen yang tidak terdapat pada proposisi teoritis yaitu komponen spiritual seperti
keimanan dan filosofi hidup yang diperoleh melalui ajaran agama dan juga komponen faktor
pemicu. Juga terdapat subyek yang tidak mengalami komponen pengubahan sikap sebagaimana
terdapat dalam komponen proposisi teoritis.
Ada beberapa hal menarik yang ditemukan melalui penelitian ini yang semakin
menegaskan keunikan individual dalam keseragaman yang ada.