Emosi ditimbulkan oleh suatu peristiwa atau situasi tertentu, termasuk peristiwa atau situasi yang berasal dari diri seseorang, misalnya pikiran atau kenangan. Emosi akan timbul bila peristiwa tersebut menyentuh kepedulian (concern) seseorang, apabila menyentuh kesejahteraan, dan well being seseorang.
Bila stimulus itu sesuai dengan apa yang diharapkan, artinya menyambung kebutuhan dan harapan seseorang, maka yang akan muncul ialah emosi positif; bila sebaliknya maka timbul emosi negatif. Timbulnya emosi bukan berarti hal itu diekspresikan, melainkan dialami sebagai penilaian atas situasi serta kesiapan aksi (tendensi-aksi atau aktivasi) serta gejala-gejala perubahan faali. Ada berbagai macam emosi, salah satunya yaitu emosi marah. Marah merupakan emosi negatif yang jika tidak terkontrol dapat berubah menjadi destruktif, bisa menimbulkan masalah baik di lingkungan keija, dalam hubungan interpersonal, dan mempengaruhi seluruh kualitas hidup kita.
Madura merupakan salah satu budaya di Indonesia yang menarik untuk diteliti. Sudah sejak lama Madura menjadi pembicaraan masyarakat, sekalipun pulau yang satu ini tidak besar akan tetapi penduduknya mempunyai kepribadian yang khas dan menarik untuk dibicarakan. Sosok orang Madura akan segera dikenal oleh siapapun karena memang mempunyai ciri tersendiri, khususnya bila mereka berbicara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pengalaman emosi marah pada laki-laki dan perempuan suku Madura; melihat apakah ada atau tidak perbedaan penilaian dalam pengalaman emosi marah antara laki-laki dan perempuan suku Madura; melihat apakah ada atau tidak perbedaan kesiapan aksi dalam pengalaman emosi marah antara laki-laki dan perempuan suku Madura.
Subyek Penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan suku Madura, berusia 18-40 tahun, dan berpendidikan minimal SMU atau sederajat. Sampling yang dilakukan dalam penelitian ini adalah incidental sampling. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner emosi Frijda dan Markam (1992) yang merupakan terjemahan kuesioner Frijda-Kuipers-Ter Schure. Kuesioner Frijda - Markam terdiri dari tiga bagian, yaitu: kuesioner umum emosi; kuesioner penilaian; dan kuesioner kesiapan aksi. Kuesioner umum terdiri dari 11 item. Kuesioner penilaian terdiri dari 24 item. Kuesioner kesiapan aksi terdiri dari 36 item. Gambaran umum karakteristik subyek penelitian dalam satu kelompok jenis kelamin diperoleh dengan menghitung frekuensi dan persentasenya. Gambaran penilaian dan kesiapan aksi diperoleh dengan menghitung mean score tiap dimensi/item penilaian dan kesiapan aksi. Untuk membandingkan gambaran penilaian dan kesiapan aksi dalam pengalaman emosi marah antara laki-laki dengan perempuan Madura di gunakan rumus t-test.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dimensi penilaian pada pengalaman emosi marah yang paling menonjol pada laki-laki suku Madura adalah dimensi valensi dan dapat diharapkan diri sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian terhadap situasi yang menyebabkan emosi marah pada kelompok laki-laki berkaitan dengan situasi yang dinilai tidak menyenangkan dan merupakan sesuatu yang tidak diharapkan oleh diri sendiri. Sedangkan dimensi penilaian pada pengalaman emosi marah yang menonjol pada perempuan suku Madura adalah valensi, kemudahan mencapai tujuan, ketiba-tibaan, dapat diharapkan diri sendiri, dan dapat diharapkan orang lain. Nilai negatif pada dimensi-dimensi tersebut menunjukkan bahwa situasi yang menyebabkan emosi marah cenderung dinilai sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, merugikan bagi rencana atau tujuan diri sendiri, tidak diharapkan diri sendiri, dan tidak diharapkan orang lain. Sedangkan nilai positif pada dimensi ketiba-tibaan berarti bahwa situasi yang menyebabkan emosi marah cenderung dinilai sebagai sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba.
Sedangkan pada perempuan suku Madura kesiapan aksi yang mencolok adalah item kesiapan aksi: ingin dapat menghilangkan (dimensi menghilangkan), ingin dapat melakukan sesuatu (dimensi reaktansi), dan ingin meluruskan masalah (dimensi membetulkan). Hal ini berarti bahwa perempuan suku Madura memiliki kecenderungan yang mencolok untuk : ingin dapat menghilangkan peristiwa yang telah terjadi, ingin melakukan sesuatu untuk menangani peristiwa, dan ingin dapat meluruskan apa yang telah terjadi, ketika mengalami emosi marah. Sebagian besar subyek kelompok laki-laki suku Madura menganggap bahwa emosi yang menyebabkan emosi marahnya penting bagi: kepedulian, minat, usaha, dan tujuan; pasangan atau teman dekat; hubungan dengan pasangan atau teman dekat Sedangkan pada subyek kelompok perempuan suku Madura sebagian besar subyek menyatakan bahwa peristiwa yang menyebabkan emosi marahnya dianggap penting bagi kedudukan sosial dan penghargaan. Sebagian besar subyek baik kelompok laki-laki maupun perempuan suku Madura menyatakan bahwa ekspresi emosi yang ditampilkan adalah dengan intensitasnya sesuai.