ABSTRAKPernikahan bukanlah hal yang abadi. Perpisahan dapat teijadi karena
bercerai ataupun kematian. Kehilangan pasangan hidup akibat kematian
merupakan perubahan besar dalam hidup seseorang. Reaksi kematian pasangan
atau anak adalah kehilangan yang paling traumatis pada orang dewasa
(Aiken,1994). Terutama pada kematian yang bersifat tiba-tiba dimana individu
yang ditinggalkan tidak memiliki persiapan sama sekali. Kehilangan pasangan
merupakan hal yang berat bagi wanita yang ditinggalkan. Mereka harus
menghadapi bereavement dan juga masalah-masalah baru sebagai janda.
Bereavement adalah suatu rasa kehilangan akibat kematian. Bereavement
terdiri dari grief dan mourning. Grief adalah reaksi internal dari kehilangan dan
mourning adalah pengekspresian dari rasa kehilangan tersebut. Parkes dalam Hall
& Perlmutter (1985) menyatakan dalam menghadapi grief itu sendiri melewati
empat proses yaitu emptiness (kekosongan) dan numbness (kekakuan), yearning
(kerinduan), disorientasi dan reorganisasi. Hal lain yang dihadapi seorang wanita
paska suami adalah Masalah-masalah sebagai janda. Masalah-masalah yang harus
dihadapi wanita yang menjanda menurut Hurlock (1986) adalah masalah
ekonomi, masalah rumah tangga, masalah tempat tinggal, masalah sosial, masalah
seksual dan masalah praktis.
Dalam menghadapi hal-hal diatas, diperlukan suatu keyakinan akan
kemampuan diri untuk menghadapinya dan dukungan dari orang lain. Self efficacy
disebutkan oleh Parkes dalam Encyclopedia of marriage and the family (1995)
sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi tingkat kesulitan yang
dialami seorang janda. Dukungan sosial memiliki peran penting pada bereavement
dan berfungsi sebagai pelindung pada kejadian hidup yang stresful ( encyclopedia
of marriage and the family, 1995). Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran self efficacy dan dukungan sosial dalam menghadapi proses grief dan
masalah-masalah pada wanita paska kematian suami.
Untuk menggali lebih dalam tentang gambaran self efficacy dan dukungan
sosial maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dengan tekhnik
pengambilan data utama adalah wawancara. Selain analisis intra kasus pada
masing-masing subjek juga dilakukan analisis antar subjek. Subjek pada
penelitian ini adalah tiga orang dengan kriteria kematian suami bersifat tiba-tiba,
lama menjanda dibawah 4 tahun, berusia antara 18-46 tahun ketika suami
meninggal dan memiliki anak.
Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah pada awal proses
grief self efficacy ketiga subjek dapat digolongkan rendah dan self efficacy
mereka mulai muncul karena anak. Masalah-masalah yang dihadapi masingmasing
subjek berbeda-beda dan self efficacy muncul sesuai dengan tuntutan
hidup yang subjek anggap paling penting.
Cohen dan Wills (1998) menyebutkan bahwa dukungan sosial terdiri dari
esteern support, informational support, social companionship dan instrumental
support. Ketiga subjek dalam penelitian ini mendapatkan keempat bentuk
dukungan sosial tersebut. Kehadiran seseorang yang mendengarkan dan
memberikan nasihat cukup membantu proses grief yang dialami subjek( esteern
support, social companionship dan informational support ). Terlepas dari kondisi
ekonomi subjek, instrumental support dan informational support membantu
subjek dalam menghadapi tuntutan hidup.