ABSTRAKJumlah kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat dari
tahun ke tahun, Pada tahap tertentu, penggunaan narkoba secara terus menerus dapat
berkembang menjadi ketergantungan (addiction). Ketergantungan pada narkoba tentu
membawa berbagai akibat yang merugikan bagi penderitanya. Menurut cognitive
model of addiction Marlatt, ketergantungan dapat dijelaskan dengan empat proses
kognitif, yang salah satunya adalah atribusi kausal.
Atribusi kausal adalah penyimpulan mengenai sebab dari suatu peristiwa atau
tingkah laku, yang dapat dibedakan menurut berbagai dimensi, antara lain locus,
stability, controlability, dan globality. Atribusi kausal ini diketahui berhubungan
dengan berbagai konsekuensi psikologis, di antaranya adalah harga diri. Harga diri
merupakan keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya berharga, penting,
mampu menghadapi tantangan dalam hidup, serta layak mendapatkan kebahagiaan.
Harga diri adalah variabel yang berperan penting dalam masalah ketergantungan,
termasuk juga dalam menentukan kesembuhan. Didasari hal tersebut, dilakukan
penelitian untuk mengetahui hubungan antara atribusi kausal terhadap penggunaan
narkoba dengan harga diri pada penderita ketergantungan narkoba yang sedang dalam
masa penyembuhan. Selain itu, ingin diketahui juga gambaran atribusi kausal dan
harga diri para penderita ketergantungan tersebut.
Subyek penelitian adalah penderita ketergantungan narkoba yang sedang
dalam masa penyembuhan dari ketergantungan, dengan jumlah 100 orang.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non-probability sampling, yaitu
purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
Untuk mengukur atribusi kausal terhadap penggunaan narkoba, digunakan alat ukur
yang disusun oleh peneliti. Untuk mengukur harga diri digunakan, Sel/ Esteem
Inventory dari Coopersmith (1967).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, subyek mengatribusikan
penggunaan narkobanya pada sebab yang internal, dapat dikontrol, tidak stabil, dan
global. Mengenai harga diri, sebagian besar subyek diketahui memiliki harga diri yang cenderung tinggi. Selanjutnya, ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara atribusi kausal dalam keempat dimensi dengan harga diri. Berarti,
atribusi kausal subyek terhadap penggunaan narkobanya tidak berhubungan dengan
tinggi rendah harga dirinya.
Tidak signifikannya hubungan kedua variabel di atas diduga disebabkan oleh
pengaruh variabel yang tidak terkontrol, yaitu treatment yang diperoleh subyek dalam
penyembuhannya. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh variabel
treatment tersebut terhadap kedua variabel penelitian, dilakukan wawancara dengan
satu orang subyek.
Dari hasil wawancara ditemukan bahwa tinggi rendahnya harga diri subyek
lebih berkaitan dengan treatment yang diperolehnya, daripada dengan atribusi
kausalnya.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian dengan
memasukkan treatment yang diperoleh subyek sebagai salah satu variabel penelitian.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan berharga bagi treatment
rehabilitasi untuk penderita ketergantungan narkoba.