UI - Skripsi Membership :: Kembali

UI - Skripsi Membership :: Kembali

Gambaran kesejahteraan psikologis pada istri yang memiliki suami penderita stroke

Sunaryo, promotor; Fivi Nurwianti, supervisor ([Publisher not identified] , 2004)

 Abstrak

ABSTRAK
Stroke merupakan salah satu penyakit akut yang paling besar
menimbulkan ketidakmampuan (disabling) (Guccione dkk; dalam Sarafino,
1998). Ketidakmampuan (disabling) yang terjadi adalah adanya hambatan
(handicap) dan kehilangan kemampuan untuk berbuat sesuatu yang seharusnya
bisa dilakukan orang yang sehat seperti: tidak bisa jalan, menelan, dan melihat
akibat pengaruh stroke (Misbach, 1999). Sutrisna (2001) mengatakan bahwa
banyak penderita stroke menjadi cacat, invalid, tidak mampu lagi mencari nafkah
seperti sedia kala, menjadi tergantung pada orang lain, dan tidak jarang menjadi
beban bagi keluarganya. Beban ini dapat berupa beban tenaga, beban perasaan,
dan beban ekonomi.
Anggrahaeni (2003) mengatakan secara lebih gamblang bahwa perubahan
yang teijadi akibat stroke juga mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Mereka
mengalami stress karena hidup mereka secara keseluruhan berubah. Mereka
diharuskan menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan keadaan yang baru. Di
samping itu, mereka juga masih harus dihadapkan dengan adanya tambahan
tanggung jawab. Tanggung jawab itu tidak hanya sebatas mengurus dan melatih si
penderita untuk kembali pulih, namun juga tanggung jawab atas pekeijaanpekeijaan
yang tidak dapat dilakukan lagi oleh penderita. Seorang istri yang
suaminya menderita stroke misalnya, bisa jadi terpaksa bekeija mencari tambahan
penghasilan untuk menghidupi keluarga dan biaya pengobatan (Anggrahaeni,
2003).
Oleh karenanya, kehidupan rumah tangga dengan salah satu pasangan
menderita penyakit akut, seperti stroke, adalah kenyataan hidup yang pada
dasarnya tidak diinginkan oleh setiap pasangan suami istri manapun. Kondisi ini
tentunya akan berpotensi menimbulkan masalah dan juga mempengaruhi
hubungan atau interaksi pasangan suami istri. Hal ini karena stroke tidak hanya
berdampak bagi si penderitanya saja melainkan juga bagi lingkungan terdekatnya
yaitu pasangan serta keluarganya (Walerby & Forsberg et al, 1999). Penyakit
stroke yang diderita oleh salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi
kesejahteraan emosional (emolional well-being) anggota keluarga lainnya. Anggola keluarga dari pasien stroke, biasanya akan mengalami kekacauan
emosional (emotional turmoil) (Walerby & Forsberg et al, 1999).
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran secara mendalam
mengenai kesejahteraan psikologis (psychological well-bing) pada istri yang
memiliki suami penderita stroke. Secara lebih spesifik penelitian ini bertujuan
untuk melihat gambaran keenam dimensi kesejahteraan psikologis yang mengacu
pada teori yang dikemukakan oleh Ryff (1995) yaitu: dimensi penerimaan diri,
dimensi hubungan positif dengan orang lain, dimensi otonomi, dimensi
penguasaan lingkungan, dimensi tujuan hidup, dan dimensi pertumbuhan pribadi.
Penelitian dilakukan terhadap 4 orang istri yang memiliki pasangan
terserang stroke. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang lebih
dapat menggambarkan proses yang kompleks dan menyeluruh dibandingkan
penelitian lain. Jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah studi kasus.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam karena
peneliti ingin mengetahui pengalaman subyektif subyek. Untuk melengkapi data
hasil wawancara, dilakukan observasi terhadap subyek selama proses
berlangsungnya wawancara.
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah bahwa
kesejahteraan psikologis pada istri yang memiliki pasangan terserang stroke pada
penelitian ini tampaknya menunjukkan keragaman kondisi. Secara umum dengan
karakteristik demografis yang berbeda, gambaran seluruh dimensi kesejahteraan
psikologis 3 subyek menunjukkan kondisi yang relatif sama baiknya. Sedangkan 1
subyek lainnya berbeda dengan ke 3 subyek lainnya pada dimensi hubungan
positif dengan orang lain, otonomi, dan pertumbuhan peribadi. Namun secara
umum terlihat kecenderungan bahwa situasi stroke beserta dampak-dampaknya
pada awalnya (beberapa minggu setelah kejadian) memberikan tekanan-tekanan
psikologis sehingga mereka perlu berproses untuk mendapatkan kesejahteraan
psikologis yang saat ini dirasakannya. Para subyek akhirnya menilai pengalaman
menjalani kehidupan dengan suami yang terserang stroke dengan suatu pandangan
yang positif.
Faktor demografis dan klasifikasi sosial ternyata tidak berpengaruh dalam
pembentukan kondisi kesejahteraan psikologis para subyek melainkan faktor:
karakteristik pribadi, religiusitas (keberagamaan) (Koenig, Kvale, & Ferrel dalam
Mardhianto, 1997), dukungan sosial (Robinson 1991), dan evaluasi terhadap
pengalaman hidup (Ryff 1995) adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pembentukan kondisi kesejahteraan psikologis para subyek.
Sehubungan dengan hasil penelitian ini disarankan kepada para istri yang
bersuami terkena stroke sebagai orang terdekat penderita untuk dapat mencapai
kesejahteraan psikologis yang baik, memaknai peristiwa tersebut dengan penilaian
yang positif, dan lebih memberikan dukungan psikologis untuk pemulihan suami
yang komprehensif.

 File Digital: 1

Shelf
 S3423-Sunaryo.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Skripsi Membership
No. Panggil : S3423
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2004
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xi, 150 pages : illustration ; 28 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
S3423 14-19-889786340 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20287564
Cover