ABSTRAKUpaya persuasi aten lebih efektif pada saat seseorang tidak merasa sedang dipersuasl.
Pendapat itul^ V^ng ingin dilihat pada tulisan ini. Jika pemirsa biasanya menghindari
iklan dengan cara mengganti saluran televisi pada saat jeda iklan tfca, maka kini muncul
strategi pemasaran banj dimana pesan komersiaJ justai disisipkan kedalam program
televisi. Penyisipan merek kedal^ program televisi ini disebul program hibrida.
Penefrtian ini ingin membuktikan pendapat Bhatnagar, Aksoy & Malkoc (2002) bahwa
program hibrida lebffi unggul daripada iklan dalam mempersuasi pemirsa. Saat ini
muncul genre program baru yang potensial untuk dijadikan program hibrida yartu
program reality show.
Dua bentuk penyajian pesan yaibi secara iklan atau program hibrida bert)entuk reality
show ini tentu menimbulkan respon-respon dari pemisa antara lain ingatan terhadap
mereK asosiasi merek, sikap terhadap bentuk pesan. sikap terhadap merek dan intensi
membeli merek. Respon-respon inilah yang ingin dilihat dan dibandlngkan Selain itu
menurut Solomon & Englis (1994) terjadi beliefperseverance, sil^ dan interrsi pemirsa
tidak berubah setelah diberttahu bahwa merek membayar pada program agar bisa
muncul kedalam program.
Sebanyak 82 orang mahasiswa Fakuitas Keguruan dan llmu Pendidikan Unika Atmajaya
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang menyaksikan program dengan iklan
unthuk mengukur respomne ntyerahkasdiakpa nt apyraonggrana,m pahritbirsiidpas wbi edribmeinnttau km ernegaliistiy ksuheoswio.n Kere.
Dari hasil perbandingan dapat disimpulkan bahwa program hibrida reality show memang
lebih efektif daripada iklan dalam ha! sikap terhadap bentuk pesan komersial, sikap
terhadap merek dan intensi membeli merek tapi tkjak pada brand recaU dan asosiasi
rrierek Belief perseverance sikap dan intensi membeli merek juga terjadi. Saran yang
diberikan adalah bagi penelitian selanjutnya dan implikasr praktis bagi pihak production
house atau perusahaan yang ingin memasarkan produknya dalam menyusun program
hibrida berbentuk rea/rfy show.