ABSTRAKMerancang bangunan berwawasan pemugaran lazim berlaku pada karya-karya yang bersifat socio-monumental. Tetapi, bagi pribadi-pribadi, kebutuhan pemugaran rumah lebih dilatar belakangi oleh pertimbangan keakraban, dan bakti pada orang tua, leluhur keluarga. Rumah atau bangunan yang dipugar tidak menjadi monumen, tetapi "pusaka" yang ingin dilestarikan demi menunjukkan rasa hormat dan kasih pada leluhur. Latar belakang yang demikian itulah yang menjadi alur pegangan rancangan pemugaran rumah yang disebut " Bumi Indung" di Purwakarta, dengan berorientasi pada sumber-sumber informasi literatur yang sebagian berupa hasil penelitian. Upaya penyajian pemugarannya pun tidak terlalu sampai mendetail, karena masih bersifat sebagai rekomendasi awal saja.