Kurangnya sosialisasi di media mengenai sekolah inklusi menyebabkan satu-satunya sekolah inklusi negeri di Depok ini memiliki jumlah murid yang melampaui batas tanpa diimbangi dengan kompetensi tenaga pendidik yang menunjang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana performative competence guru dalam menangani anak berkebutuhan khusus siswa penyandang autisme di sekolah inklusi SDN Depok Baru 8. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, pendekatan kualitatif, strategi etnografi, sifat penelitian deskriptif dan wawancara mendalam. Dalam mengolah dan memperkaya data, peneliti menggunakan model performative competence. Dari hasil penelitian terungkap bahwa guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan luar biasa kurang dapat memenuhi unsur-unsur yang terdapat dalam performative competence. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk dapat memenuhi semua unsur performative competence dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus, guru setidaknya perlu memiliki latar belakang pendidikan luar biasa dan didukung dengan pelatihan nonformal lainnya.
The lacking of socialization in the media about inclusive school has made the one and only inclusive school in Depok exceeded its student's amount, and also without the support of proper teacher's capabilities. The aim of this research is to review teacher's performative competence in dealing children with special need, such as autism, in an inclusive school, SDN Depok Baru 8. This research uses constructivist paradigm, qualitative approach, ethnographies strategies, descriptive disposition, and deep interview. To cultivate and enrich data, researcher uses performative competence. The research reveals that teachers without proper educational background are less capable to fits within the elements of performative competence. Thus indicates that to fulfill all the elements within performative competence in handling children with special needs, at least the teachers need to have proper educational background or supported by an informal training.