Dalam pekerjaan kita sebagai psikolog yang melaksanakan pemeriksaan psikologis bagi perusahaan untuk keperluan seleksi maupun evaluasi atau identifikasi potensi karyawan, tolok ukur keberhasilannya adalah bila hasil pemeriksaan yang kita lakukan diterima dengan baik, karena dapat menjawab kebutuhan perusahaan. Namun tidak selamanya kita dapat berhasil mencapainya. Adakalanya karyawan / pejabat / partisipan menolak hasil evaluasi kita karena ia tidak dapat dipromosikan sehingga ia merasa "dunianya sudah kiamat", sehingga akibatnya motivasi kerjanya menurun, dan ia kehilangan loyalitas pada perusahaan.
Sebagai profesi psikolog, jelas bahwa tuntutan terhadap keterampilan komunikasi sangat besar. Pekerjaan psikolog sangat mengandalkan kemampuan komunikasi. Psikolog sebagai pemberi jasa dan pihak perusahaan sebagai penerima jasa, masing-masing mempunyai latar belakang pendidikan, keluarga, sosial ekonomi bahkan budaya yang berbeda-beda, yang mana hal-hal tersebut sangat mempengaruhi persepsi seseorang. Padahal persamaan persepsi, persamaan anti merupakan titik tolak dimana kira berangkat untuk memecahkan permasalahan. Oleh karena itu bagaimana klta dapat menangkap aspirasi, kebutuhan dan harapan pihak perusahaan di satu sisi dan dari pihak karyawan I partisipan di lain sisi, sebenamya merupakan masalah komunikasi. Kesalahan dalam menterjemahkan hal-hal tersebut merupakan permasalahan komunikasi yang kurang efektif.
Bahasan ini bertujuan untuk menganalisa kemungkinan komunikasi yang kurang efektif antara psikolog sebagai pemberi jasa dan pihak perusahaan sebagai penerima jasa, Serta memberikan usulan pemecahan masalahnya.