Tulisan ini bermaksud menunjukkan kegiatan operasional Polres
Kotawaringin Barat yang berhasil dalam menangani konflik dan meredam potensi
konflik antar suku bangsa yang berdarah di Kabupaten Kotawaringin Barat pada
awal tahun 2001. Konflik antar suku Madura dan non Madura (khususnya suku
Dayak) yang berawal dari Kabupaten Kotawaringin Timur (Sampit) telah
merebak ke wilayah lain di sekitarnya yaitu di Pontianak, Kuala Kapuas dan
Kota Waringin Barat yang mengakibatkan timbulnya kerugian harta benda dan
korban jiwa serta eksodus suku Madura ke luar wilayah Kalimantan Tengah
untuk mengungsi di wilayah lain yang lebih aman. Kotawaringin Barat sebagai
kabupaten yang berbatasan dengan Kotawaringin Timur telah terkena dampak
kerusuhan akibat konflik yang terjadi yaitu dengan terjadi ketegangan diantara
warga suku Madura dan non Madura walaupun belum sempat memuncak dan
pecah menjadi kerusuhan seperti yang terjadi di wilayah sekitarnya namun
demikian sebanyak 20.177 orang atau separuh dari jumlah penduduk Madura
telah mengungsi atau diungsikan. Keadaan ini merupakan potensi terjadinya
konflik yang lebih besar apabila tidak ditangani dengan baik oleh aparat
keamanan dan pihak lain yang terkait.