Tesis ini membahas tentang tradisi Basiacuang pada masyarakat Melayu Kampar-Riau. Tradisi lisan Basiacuang ini merupakan ungkapan, petatah petitih dan juga pantun yang mempunyai peranan penting dalam adat istiadat Kampar. dalam suatu pertunjukannya si penutur Basiacuang tidak akan sama dengan tuturannya dengan pertunjukan pada hari yang lainnya.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data yaitu teknik observasi, wawancara dan perekaman audio-visual baik bersifat natural maupun bersifat buatan. Setelah data-data itu terkumpul lalu diklasifikasi, kemudian dianalisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tradisi lisan Basiacuang memiliki proses penciptaan, formula, variasi dan konteks pertunjukan tradisi ini sendiri. Penciptaan tuturan Basiacuang berlangsung secara spontan, ditentukan oleh situasi konteksnya.
Perubahan tradisi Basiacuang masyarakat Melayu Kampar dikaji dengan menggunakan teori fungsionalis-struktural. Hal ini tercermin pada masyarakat Kampar yang saling berhubungan antara pemerintah daerah dengan kaum masyarakat adat. Inilah yang disebut dengan hubungan antara pemerintah dan masyarakat adat yang saling berpengaruh timbal balik. Masyarakat adat merasa dihargai sebagai orang yang ikut mengembangkan tradisi dan menjalankan adat mendapat kompensasi dari kerja kerasnya sebagai pelestari kebudayaan.
Walaupun integrasi sosial tidak dapat dicapai dengan kesempurnaan, artinya ada pihak-pihak yang tidak menyetujui kebijakan pemerintah daerah ini, akan tetapi secara fundamental masyarakat adat sudah diakui sebagai bagian dari pemerintah yang menggembangkan tradisi itu sendiri. Hal ini pada akhirnya menjadi lebih dinamis, karena masyarakat Kampar akhirnya menerima kebijakan ini karena ini penting sebagai penyelamat tradisi budaya Kampar.Pewarisan tradisi Basiacuang berlangsung melalui tiga bentuk sistem pola pewarisan, yaitu pola pewarisan formal, pola pewarisan non formal dan pola pewarisan dari lingkungan tempat tinggal.
This theis discusses the Basiacuang tradition in Malay Kampar-Riau. The oral tradition of basiacuang is an expression of petatah petitih and pantun which have an important role in Kampar customs in a performing of basiacuang speaker will not be same as its speeches with the performance to another day.
This research is qualitative research with ethnographical approach. Data collection technique is observation, technic, interview and audio-visual recording both naturally and synthetically. After those data are collected, they are classified and analyzed. The findings of this research show that basiacuang oral tradition has a process creation, formula, variations and performance context of this tradition it self. The creating of basiacuang speeches take please spontaneously. It is determined by its context situations.
The Change of basiacuang traditions of Kampar malay sosiety is studied by using structural-functionalist theory. This is reflected to Kampar people which have relation to each other between local Government and custumary sosiety. This is called with the relation between government and custumary societty that have an impact each other customary society feel like being apprieeiated as a person who joins to develop tradition and to carry out the, custum to get a compensation from bis hard work as the preserver of culture.
Eventhough social integration can not be reached with the completion. It means that there are the sides that disagree Government's policy in this region. Howenver, fundamentally customary society have been committed as a part of the Government which develop the tradition itself. Finally this became more dynamic, because Kampar society finally receive this police because this is important as the saver of Kampar cultural traditions take place through theree types Inheritance pattern systym, namely, formal inheritage pattern, non formal formal inheritance patterns from living place environment.