UI - Skripsi Open :: Kembali

UI - Skripsi Open :: Kembali

Pola keruangan implementasi caturwarna di kecamatan Buleleng, provinsi Bali tahun 2012 = Spatial pattern of caturwarna?s implementation in Buleleng district, Bali province 2012

Shinta Paramita; Taqyuddin, supervisor; Tjiong, Giok Pin, supervisor; Hafid Setiadi, examiner; Tito Latif Indra, examiner (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012)

 Abstrak

Kecamatan Buleleng memiliki jumlah penduduk yang menganut agama Hindu terbanyak di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Salah satu ajaran agama Hindu yang menjadi adat istiadat adalah caturwarna, yang merupakan pengelompokan penduduk berdasarkan bakat dan pekerjaannya, antara lain Brahmana (ahli agama dan pendidikan), Ksatria (pertahanan negara), Waisya (ahli ekonomi/pengusaha), dan Sudra (pekerja/buruh). Tujuan dari penelitian ini adalah dapat menjelaskan pola keruangan implementasi caturwarna di Kecamatan Buleleng. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah metode studi kasus dengan pendekatan keruangan.
Dari penelitian ini, ditemukan bahwa pengelompokan caturwarna tidak hanya berdasarkan pekerjaan seperti yang tercantum dalam kitab, tetapi juga berdasarkan pada tata nama, pernikahan, dan kekerabatan sesuai dengan adat istiadat setempat. Implementasi caturwarna khususnya Brahmana tidak selalu berada di wilayah non pertanian dan kaja. Sedangkan implementasi caturwarna khususnya Sudra tidak selalu berada di wilayah pertanian dan kelod.
Pola keruangan implementasi caturwarna di Kecamatan Buleleng tidak sepenuhnya menggunakan tata ruang tradisional Bali sebagai tempat suci. Akan tetapi, simbol kebudayaan berupa arah dan posisi masih digunakan dalam menentukan arah dan tempat untuk sembahyang, yaitu arah timur sebagai arah terbit matahari dan puncak Gunung Agung sebagai tempat berkumpulnya Sang Hyang Widhi Wasa (pencipta alam).

The District of Buleleng has a largest population with Hindu religion in Regency of Buleleng, Bali. One of Hindu's custom is caturwarna, which is gruping of people based on talent and his work, among others Brahmana (religious and educational experts), Ksatria (defenders), Waisya (Economist and entrepreneur), and Sudra (workers and laborers). The purpose of this study is to explain the spatial patterns of caturwarna?s implementation in the District of Buleleng. The method used to achieve these object is the case study method with the spatial approach.
From this study, it was found that the grouping caturwarna based not only on the job as listed in the book of Hindusm, but also based on the nomenclature, marriage, and kinship in accordance with local customs. Implementation of caturwarna especially Brahmana is not always in the nonagricultural areas and kaja. Implementation of caturwarna especially Sudra is not always in the area of agriculture and kelod.
The spatial pattern of catuwarna's implementation in the District of Buleleng no longer using traditional place of Bali as sacral place. Although, cultural symbols such as direction and positions still used for built ceremonial, like east as sun shine and Agung Mount as visited place of Sang Hyang Widhi Wasa (God).

 File Digital: 1

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Skripsi Open
No. Panggil : S42860
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resources
Deskripsi Fisik : xvi, 99 pages : illustration ; 30 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
S42860 14-22-26775132 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20309379
Cover