Penelitian ini menganalisis mengenai tingkat partisipasi perempuan Jepang dalam dunia kerja dan kaitannya dengan bankonka di Jepang. Jumlah bankonka di Jepang terus mengalami peningkatan dan salah satu penyebabnya adalah meningkatnya jumlah perempuan yang memasuki dunia kerja. Pada masa sebelum perang, perempuan hanya bekerja sebagai kazoku roudousha (pekerja keluarga) dan tidak memperoleh penghasilan. Namun, hal tersebut berubah setelah masa Perang Dunia II, jumlah perempuan yang menjadi koyousha (pegawai) pun meningkat. Dengan meningkatnya koyousha, perempuan pun menjadi semakin mandiri secara finansial. Hal ini menyebabkan perempuan enggan untuk menikah karena mereka dapat menghidupi diri mereka sendiri dan mereka tidak ingin kehilangan kebebasan. Hasilnya, mereka lebih memilih karir daripada membangun sebuah keluarga dan jumlah bankonka pun meningkat.
This research analyzed the rate of participation of Japanese women in the labor force and its relation to bankonka in Japan. The number of bankonka in Japan is increasing and one of the reasons is the increasing of the number of working women. In the period before the war, women worked just as kazoku roudousha (family workers) and they have no income. However, this condition changed after World War II, the number of women who become koyousha (wage employee) increases. By the increasing of koyousha, women became more financially independent. This causes women are reluctant to marry because they can sustain themselves and they do not want to lose their freedom. Thus, they prefer career instead to build a family and the number of bankonka increases.