ABSTRAKBatik Indonesia secara resmi diakui oleh United Nations Educational, Scientific,
and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2009 dan masuk dalam daftar
representatif sebagai Budaya Tak Benda Warisan Manusia. Faktanya, industri kerajinan
batik di Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak berabad-abad yang lalu.
Saat ini, pembinaan pada Pengrajin Batik merupakan salah satu program kerja
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah Provinsi DIY
Seksi UKM dan termasuk dalam kategori kegiatan informal. Namun ironisnya hingga
saat ini belum semua usaha-usaha ekonomi informal terjangkau oleh program-program
pembinaan dan perlindungan yang berkesinambungan.
Pengrajin Batik Tulis X merupakan salah satu UKM yang berada dibawah
binaan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Provinsi D.I
Yogyakarta. Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan pada Pengrajin Batik
Tulis X, di wilayah Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Oktober
2011, Peneliti mendapati kondisi pembatik tulis melakukan pekerjaan membatik
dalam posisi duduk dalam durasi kerja yang panjang, ± 6-8 jam per hari. Namun
ironisnya, ruang dan peralatan kerja (kursi, gawangan dan posisi kompor) yang
dipergunakan belum ergonomis yaitu belum adanya kesesuaian dengan
antropometri tubuh orang Indonesia yang akhirnya mengharuskan pembatik
bekerja dalam postur janggal. Dalam kurun waktu yang panjang hal ini dapat
berakibat munculnya penyakit akibat kerja seperti cedera otot.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perancangan ulang terhadap
ruang dan peralatan kerja bagi pembatik tulis sehingga dapat meminimalisir
kemungkinan risiko-risiko kesehatan yang mungkin muncul pada kemudian hari
dengan berpedoman pada penerapan dimensi-dimensi tubuh antropometri orang
Indonesia.
AbstractUnited Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO)
officially recognized Batik Indonesia in 2009, and registered under culture themes of
Intangible Cultural Heritage of Humanity. Nevertheless, batik craft industry have grown
and evolved since hundred years ago.
Furthermore, one of work program of Cooperation Trade Industry and Small
Medium Business Unit in Provincial Jogjakarta under Small Medium Business Section is
to coach small and medium business of batik crafter, thus, it is categorized as informal
activity. Unluckily, this informal activity which related to economic empowerment has
not been covered by sustainable coaching and protecting program from local government.
Hand-drawn Batik Craft Industry X is one of small medium business activiy
under supervision of Cooperation Trade Industry and Small Medium Business Unit
Provincial Jogjakarta. Based on preliminary observation Hand-drawn Batik Crafter
Industry X in District of Bantul under Provincial Jogjakarta in October 2011, researcher
captured the hand-drawn batik crafter while they worked, seating for long period 6-8
hours a day. In addition, work space and work tools used (work chair, gawangan and
stove) are not in ergonomic condition, means that the work station and work tools are not
suitable for body anthropometry of Indonesian people; consequently the hand-drawn
batik crafter works in awkward posture. As a result of current working condition, it might
significantly effect to hand-drawn batik crafter such as muscle injury.
This research is aim to redesign of work station and tools by using ergonomic
approach for hand-drawn batik crafter, so that the health effect could be minimized in the
long term period; at once, work station and work tools should be adjusted with dimension
of body anthropometry of Indonesian people.