ABSTRAKDalam tulisan ini, peneliti akan membahas peristiwa alih-kode
dari sekelompok anggota arisan ibu-ibu bekas HIK Yogyakarta.
Pemilihan kelompok dwibahasa Indonesia-Belanda ini menarik
untuk ditelitim mengingat pada masa lalu bahasa Belanda termasuk
bahasa yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan kaum intelek
Indonesia pada awal kemerdekaannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa taraf keakraban penutur dengan lawan bicara benar mempertinggi kemungkinan adanya alih-kode; dan sebaliknya membuktikan pula bahwa semakin resmi situasi komunikasi (latar, setting) semakin kecil kemungkinan adanya alih-kode. Selain itu, juga bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai makna alih-kode secara budaya.