Kerentanan merupakan derajat tingkat dimana manusia dengan sistem
lingkungannya mengalami gangguan/tekanan akibat adanya bahaya yang terjadi
dan dapat menimbulkan bencana atau tidak. Secara umum kajian terbaru tentang
kerentanan sekarang ini telah mengalami pergeseran dari penilaian kerentanan
tradisional yang hanya berkonsentrasi pada satu tekanan faktor atau sumber daya,
menjadi banyak faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini, mengkaji tentang
kerentanan sosial kependudukan, kerentanan ekonomi dan kerentanan fisik yang
muncul dari bahaya erupsi Gunung Sindoro-Sumbing. Metode penelitian yang
digunakan untuk menentukan tingkat kerentanan adalah pembobotan dari BNPB
dan analisis spasial dari pola persebaran permukiman. Secara keseluruhan terdapat
112 desa yang masuk dalam zona bahaya Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing
dengan 41 desa termasuk dalam daerah administrasi Kabupaten Wonosobo dan 71
desa termasuk dalam daerah administrasi Kabupaten Temanggung.
Vulnerability is the degree to which the human environment system
disorders/stress due to hazards that occur and can lead to catastrophic or not.
Recent studies on the vulnerability is now experiencing a shift from traditional
vulnerability assessment concentrates only on one factor or resource, to a lot of
factors that influence it. This study, examines the social vulnerability, economic
vulnerability and physical vulnerability that arising from the hazard cause
eruption of Mount Sindoro-Sumbing. This study use weighting methode from
BNPB and spatial analisis of residence spread. Wholly exists 112 villages in
Mount Sindoro?s and Mount Sumbing?s dangerous zone with 41 villages includes
in Wonosobo Regency and 71 villages includes in Temanggung Regency.