Jepang, telah mengalami banyak perkembangan seusai Perang Dingin hingga menjadi
salah satu militer tercanggih di Asia Timur. Pada 2006, Jepang dan sekutunya yaitu
Amerika Serikat menandatangani perjanjian relokasi dari Okinawa, dimana 59%
biaya relokasi ditanggung oleh Jepang. Intensi mempertahankan kehadiran Amerika
Serikat tersebut memerlukan justifikasi berdasarkan perspektif Jepang terhadap
wilayah sekitarnya. Penelitian ini akan menggunakan konsep balancing dan
bandwagoning yang dikemukakan oleh Stephen Walt dalam menentukan
kecenderungan strategi pertahanan yang dipraktikkan Jepang, ditambah faktor berupa
intensi agresif dari Cina sebagai kompetitor Jepang, perimbangan kekuatan antara
Cina dan Aliansi Keamanan Amerika Serikat-Jepang, serta kondisi lingkungan
strategis Asia Timur.
AbstractJapan has experienced many changes since the Cold War until it became one of the
most sophisticated military in East Asia. In 2006, Japan and U.S. signed a relocation
agreement from Okinawa, in which Japan shared 59% of the cost. This intention of
keeping U.S. presence needs to be justified from Japanese perspective of its
surroundings. This research will utilize Stephen Walt?s concept of balancing and
bandwagoning besides considering several factors such as Chinese aggressive intent
as Japan's competitor, balance of force between China and U.S.-Japan, and also
strategic environment of East Asia.