ABSTRAKIndonesia sering dilanda bencana sehingga memerlukan pangan darurat yang dapat
segera dikonsumsi oleh korban bencana. BPPT membuat pangan darurat yang
mudah dikonsumsi, bernutrisi tinggi, dan mengandung ekstrak polifenol buah
delima yang diharapkan meningkatkan sistem imun. Efek pangan darurat
dibandingkan dengan ekstrak Phyllanthus niruri, imunostimulan di pasaran, pada
mencit kelaparan yang diberi pajanan tetanus toksoid (TT). Digunakan 30 ekor
mencit betina yang dibagi ke dalam dua kelompok perlakuan secara random.
Observasi dilakukan sebelum perlakuan (minggu ke-0), ke-4, dan ke-8 setelah
perlakuan. Pajanan TT diberikan pada akhir minggu ke-4. Pada minggu-minggu
tersebut, enam ekor mencit dari tiap kelompok dikorbankan untuk diambil sampel
darahnya dan dihitung jumlah dan jenis leukosit, serta kadar IgG total dan IgG
spesifik anti-TT. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada jumlah dan jenis
leukosit (kecuali batang), serta kadar IgG total antarkelompok perlakuan. Terdapat
perbedaan bermakna pada jumlah batang dan kadar IgG spesifik anti-TT
antarkelompok perlakuan pada minggu ke-8 dengan p = 0.032 dan 0.008, yaitu
jumlah batang lebih tinggi pada kelompok uji dan kadar IgG spesifik anti-TT lebih
tinggi pada kelompok ekstrak Phyllanthus niruri. Dapat disimpulkan bahwa
pangan darurat BPPT berefek hampir sama dengan ekstrak Phyllanthus niruri
terhadap respon imun. Tetapi, pangan darurat lebih meningkatkan jumlah batang
dan ekstrak Phyllanthus niruri lebih meningkatkan kadar IgG spesifik anti-TT
secara signifikan.
AbstractIndonesia is often hit by disasters that require emergency food that can be
immediately consumed by disaster victims. BPPT makes emergency food that
easily consumed, has high nutrition, and has pomegranate?s poliphenol extract
that is expected increasing immune system. The effect of BPPT?s emergency food
is comparised with the effect of Phyllanthus niruri extract as immune stimulant on
the market to hungry mice that are challenged by tetanus toxoid (TT). Thirty mice
are divided randomly into two treatment groups. Mice are observed before
treatment (week-0), in the fourth week, and eight week after treatment. TT
challenge is given in the end of fouth week. In these weeks, six mice from each
group are sacrificed for taking blood samples, counting the amount and
differential counts of leukocytes, and the levels of total IgG and antitetanus-toxoidspecific
IgG. There is no significant difference in the amount and differential
counts of leukocytes (except stab), and the levels of total IgG between two
treatment groups. There are significant differences in the amount of stab and
antitetanus-toxoid-specific IgG in eighth week with p = 0.032 and 0.008, BPPT?s
emergency food group reaches higher position in stab and Phyllanthus niruri
extract group reachs higher position in antitetanus-toxoid-specific IgG . It can be
concluded that the effect of BPPT?s emergency food is almost same with the effect
of Phyllanthus niruri extract on immune system. But, BPPT?s emergency food
group reaches higher position in stab and Phyllanthus niruri extract group reachs
higher position in antitetanus-toxoid-specific IgG significantly.