Hakikat pembangunan berkelanjutan merupakan peningkatan kualitas hidup manusia dan menjamin keberlanjutannya.
Dewasa ini, pembangunan kota hanya menitikberatkan perubahan lingkungan dan tidak membangun manusia yang
menempatinya. Bahkan, perkembangan kota-kota Indonesia cenderung mengikuti mekanisme pasar, seperti permukiman di Kelurahan Terboyo Wetan Kecamatan Genuk, Semarang. Permukiman ini berkembang sejak beroperasinya zona industri Genuk pada tahun 1980-an.
Awalnya, permukiman ini merupakan perkampungan nelayan
yang masyarakatnya menggantungkan hidupnya pada laut. Industrialisasi besar-besaran telah mengubah kondisi kehidupan masyarakat. Untuk menelusuri lebih mendalam, penelitian ini memiliki tiga tujuan, yaitu (1) memahami kesejahteraan masyarakat, (2) memahami preferensi masyarak
at terhadap kesejahteraan, dan (3) memahami seberapa
besar kemampuan kesejahteraan masyarakat untuk mendukung permukiman yang berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan membuktikan hipotesis dengan realitas di lapangan. Temuan studi menunjukkan permukiman Terboyo Wetan rawan tidak berlanjut. Menurut penilaian objektif, dari 5 aspek kualitas hidup menurut pemahaman human settlement hanya satu aspek yang mendukung, yaitu
society. Keempat aspek lainnya ( man, nature, shells, dan
network ) tidak mendukungnya. Begitupula cara pandang warga yang bersifat antroposentris berdampak pada perilaku kurang ramah lingkungan. Ini tercermin dari makna kesejahteraan menurut warga, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar dalam lingkup ekonomi dan belum memikirkan aspek lingkungan hidup. Bahkan, beberapa warga menganggap kondisi lingkungan yang terpuruk merupakan konsekuensi permukiman pesisir.
Abstract
The essence on sustainable development is to have humanlife quality improvement and assure their sustainability.Today, the development of city is only focused in environmental changes without deeply developing the human whodwells it. Even, such cities in Indonesia tends to follow market mechanism as also like the settlement on Terboyo Wetansub district, district of Genuk, Semarang City. The settlement has been developed since its opening as an industrial zoneof Genuk in 1980s. The settlement, initially was fishermen settlement, where the society has enlivens their life from thesea. The enormously industrialization has changed the society living condition. To explore intensively, this observation has three aims, as follows: (1) the understanding residents welfare of the society, (2) understanding residents preferencetoward residents welfare, and (3) understanding on capabilityof the society to support sustainability of the settlement.This research was using qualitative method and improving hypothesis by reality on the field. Study finding revealed that the settlement of fragile Terboyo Wetan is not in continuousform. Based on objective assessment, from 5 quality of lifeaspect according to human settlement understanding, there is only 1 aspect supported, which is society while the other four aspects (man, nature, shells and network) are not properly supporting. Indeed, the, which anthropocentris, createdunfriendly behaviors toward their environment. It is reflected by the meaning of residents welfare according to the society as such basic need fulfillments in economics scopes instead of as vastly for environmental living aspect. Hence some of them assumed that the condition of environmental degradation is a normal consequence for terrestrial settlement.