Tempat ngèbèr sebagai tempat pertemuan laki-laki gay tersebar meskipun relatif terselubung?di berbagai tempat- tempat publik di seluruh Indonesia. Tempat ngèbèr sebagai salah satu titik utama dalam konstelasi dunia gay berfungsi tidak hanya untuk mencari pasangan hubungan seksual, tapi juga untuk bersosialisasi, membuka diri, dan mendapat
penerimaan. Surabaya memiliki banyak tempat
ngèbèr yang cukup dikenal di kalangan laki-laki gay, dengan Pataya
sebagai satu tempat
ngèbèr terbesar. Namun dalam beberapa tahun terakhir, tampak adanya perubahan-perubahan yang
menyebabkan Pataya tidak lagi sehidup dulu. Melalui metode
partisipasi observasi dan wawancara non-formal, kajian
ini berupaya untuk memahami bagaimana Pataya menjadi pilihan tempat ngèbèr di Surabaya, perubahan-perubahan apa
saja yang terjadi dan menyebabkan penyusutan kehidupannya. Dari penelitian ini, diharapkan ada penelitian lanjutan
untuk mempelajari adaptasi-adaptasi yang terjadi atau dapat dilakukan di luar situs ngèbè.
AbstractTempat ngèbèr, or hanging-out places where gay men in Indonesia meet, can be found in various?though relatively
hidden?public places across Indonesia.
Tempat ngèbèr as one of the more prominent sites in the constellation of gay serves not only as a space to find sexual partners, but also to
socialize, to be open in expressing oneself, and to gain
acceptance from one?s peers. Surabaya
has a number of famous, well-known tempat
ngèbèr , with Pataya being one of
the largest places. Yet changes within the
last few years have diminished its popularity. Through participant observation and non-formal interviews, this research attempts to understand how Pataya became the more prominent
tempat ngèbèr in Surabaya, and what kind of changes have happened that reduced its popularity. Hopefully, this research will bring
about future studies that will investigate various adaptations
that can be carried out inside or outside the site itself.