ABSTRAKTesis ini membahas tentang terjadinya liberalisasi migas dan melemahnya peran
negara dalam penguasaan energi strategis dengan mengambil studi kasus
penguasaan operatorship di blok cepu pada tahun 2006. Undang-Undang No 22
tahun 2001 menjadi simbol terjadinya liberalisasi di sektor migas, hal ini
merupakan kelanjutan proses liberalisasi yang masuk melalui kesepakatankesepakatan
letter of intent. IMF. Regulasi baru ini merubah penempatan kuasa
pertambangan yang semula dipegang oleh BUMN strategis di sektor migas yaitu
Pertamina yang kemudian diserahkan langsung kepada Pemerintah. Posisi
Pertamina yang dulunya merangkap sebagai pemain dan regulator dipisahkan
serta operasinya di unbundling. Regulasi yang baru juga memproduksi institusi
baru yaitu BP Migas di sektor hulu dan BPH Migas di sektor hilir yang bertugas
sebagai pengawas dan manajer di masing-masing sektor. Liberalnya iklim migas
membawa pelemahan terhadap peran negara khususnya pada penguasan energi,
padahal disaat yang bersamaan kebutuhan energi migas semakin besar dan negara
menempatkan dirinya pada posisi yang rentan dalam pemenuhan energi di dalam
negeri
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil
penelitian memperlihatkan energi strategis dalam hal ini minyak dan gas tidak lagi
dipandang sebagai sebuah modal pembangunan namun sekedar komoditas semata.
Sehingga ketika perspektif komoditas yang dijadikan ukuran maka pendekatan
market yang digunakan oleh Pemerintah. Penguasaan operatorship Blok Cepu
yang dimenangkan oleh ExxonMobil dan bukan oleh Pertamina menjadi fakta
nyata bahwa sektor migas mengalami liberalisasi. Pertamina sebagai BUMN
strategis tidak mendapatkan dukungan dan kepercayaan dari Pemerintah dalam
pengelolaan Blok Cepu, negara telah melemahkan perannya dalam penguasaan
energi strategis.
ABSTRACTThis thesis discusses the liberalization of oil and gas and weakening the state's
role in the strategic energy control by taking control of the case studies
operatorship in Cepu block in 2006. Act No. 22 of 2001 became a symbol of the
liberalization in the oil and gas sector, it is a continuing process of liberalization
that goes through agreements IMF letter of intent. This new regulation change the
placement of mining rights previously held by strategic state-owned oil and gas
sector Pertamina which is then submitted directly to the Government. Pertamina
position formerly doubled as a player and regulator are separated as well as
operations in unbundling. The new regulation also produce new institutions that
BP Migas in the upstream and downstream sectors of BPH Migas, who served as
supervisors and managers in each sector. Liberal climate of the oil and gas to
bring the weakening role of the state in particular on energy brushes, but at the
same time the larger oil and gas energy needs and the state put himself in a
vulnerable position in the domestic energy needs
This research is a qualitative case study method. The results showed in this
strategic energy oil and gas are no longer viewed as a mere commodity but as
capital development. So when perspective is used as measure of the commodity,
market approach used by the Government. Operatorship of the Cepu Block
Mastery won by ExxonMobil and not by Pertamina became obvious fact that the
oil and gas sector experienced liberalization. Pertamina as a strategic state-owned
enterprises do not have the support and confidence from the Government in the
management of the Cepu Block, the state has weakened its role in the strategic
energy control.