Penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Jakarta, termasuk di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Pemberantasan penyakit ini terutama dilakukan melalui pemberantasan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektornya. Dalam upaya pemberantasan vektornya tersebut dilakukan juga penyuluhan pada masyarakat tentang bagaimana menjaga kebersihan lingkungan rumah demi mencegah berkembangnya vektor DBD.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keberadaan vektor DBD di dalam rumah sebelum dan sesudah penyuluhan sehingga dapat diketahui pengaruh penyuluhan dalam memberantas vektor DBD. Survei vektor DBD dilakukan dua kali, yakni pada tanggal 3 Mei 2009 (sebelum penyuluhan) dan tanggal 4 Juni 2009 (setelah penyuluhan) di Paseban Timur yang merupakan daerah dengan kasus DBD yang tinggi di Jakarta Pusat. Pengambilan data dilakukan di 100 rumah menggunakan metode larva tunggal (mengambil satu larva di tiap container yang ada di dalam rumah dan diidentifikasi menggunakan mikroskop). Data yang terkumpul lalu dianalisis menggunakan uji McNemar untuk memperoleh hubungan penyuluhan terhadap keberadaan vektor.
Dari 100 rumah yang diteliti sebelum penyuluhan, didapatkan angka keberadaan larva dalam rumah sebesar 11,40 %. Setelah dilakukan penyuluhan, didapatkan angka keberadaan larva dalam rumah sebesar 5,70 %. Dari analisis menggukan uji McNemar, terdapat hubungan antara penyuluhan dengan keberadaan larva, dengan nilai p sebesar 0,041. Disimpulkan bahwa keberadaan vektor DBD di dalam rumah sesudah penyuluhan lebih rendah daripada sebelum penyuluhan.
Dengue haemorrhagic fever (DHF) has become a problem in public health especially in Paseban District, Central Jakarta. Controling the disease is mainly done by controling Aedes aegypti as the vector of the disease. In order to control the vector, informations are given to people about keeping their house environment clean to prevent the development of the DHF vector. The objective of this study is to determine the presence of DHF vector, inside the house, before and after the briefing given, so it could be known whether the briefing is helpful or not. The surveys of DHF vector presence were conducted in twice, first was at 3rd of May 2009 (before the briefing given), and second was at 4th of June 2009 (after the briefing given) in East Paseban, which is considered as an area with high cases of DHF in Central Jakarta. Data collecting was conducted in 100 houses with single-larvae method (taking one larvae from each container in a house then identified them by using microscope). The data collected will be analyzed by McNemar test to know the correlation between the briefing and the vector presence. From 100 houses surveyed before the briefing, the percentage of vector presence was 11,40 %. After the briefing, the percentage was reduced to 5,70 %. From McNemar test analysis, it was found that there is a correlation between the briefing and the vector presence, p = 0.041. Concluded then, that the vector presence inside the house after the briefing was reduced, compared with the vector presence before the briefing.