Tujuan Untuk memahami epidemiologi terkait perjalanan natural penyakit, manajemen dan hasil terapi pada kasus Avian influenza (AI) manusia di Indonesia. Metode Studi observasional ini menggunakan data 93 kasus AI pada manusia yang memiliki konfirmasi laboratorium test terinfeksi H5N1 antara bulan September 2005?Agustus 2009. Kasus diidentifikasi melalui data yang didapat dari Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten. Data kategori dianalisis dengan distribusi frekuensi, chi-square, relative risks, dan data kontinu dianalisa dengan univariate statistics dan wilcoxon tests. Hasil Hampir seluruh kasus, 54%, diterima pertama kali di klinik dan tempat praktek dokter. Semua kasus dirawat RS dan mayoritas, 85%, dengan gejala gangguan pernafasan pada saat diperiksa. Tidak terlihat adanya hubungan antara karakteristik kasus, yaitu: fasilitas kesehatan pertama yang dikunjungi, dirawatnya kasus di RS, dan gejala klinis yang paling sering muncul,dengan tingkat keselamatan/survival. Kasus yang terpajan langsung dengan unggas memiliki peluang 2,8 kali untuk mendapatkan pengobatan dengan oseltamivir dibandingkan dengan yang tidak terpajan (RR = 2.89, 95% CI 1.44 ? 5.78). Jumlah kasus selamat kecil. Kasus-kasus yang menerima pengobatan oseltamivir memiliki peluang 24% lebih tinggi untuk selamat dari pada yang tidak menerima pengobatan ini (RR =1.24, 95% CI 0.34-4.58). Kasus yang mendapatkan pengobatan oseltamivir memiliki waktu median dari mulai timbul gejala sampai mendapatkan pengobatan antiviral 2,5 hari di antara kasus yang selamat, dibandingkan dengan 7 hari untuk kasus yang meninggal. Fatalitas dapat berhubungan dengan keterlambatan pemberian antiviral sejak pertama diterima di fasilitas kesehatan. Kesimpulan Pengobatan dini dengan antiviral memiliki kontribusi untuk keselamatan penderita. Namun tingkat kecurigaan yang rendah terhadap penyakit ini akan tetap menjadi faktor penting dalam diagnosa dini. Perlu kebijakan yang terimplementasi secara meluas tentang protokol diagnosa dini dan pengobatan terhadap influenza.
AbstractAim The study set out to better understand the epidemiology, natural history, therapeutic management and outcomes associated with confirmed human cases of Avian Influenza (AI) in Indonesia Methods This observational study utilized data from 93 cases with laboratory-confirmed H5N1 Influenza between September 2005 and August 2009. Cases were identified through records obtained from the Ministry of Health, as well as the Provincial health office and district health office records. Categorical data were analyzed with frequency tables, chi-square tests, and relative risks, and continuous data were analyzed using univariate statistics and Wilcoxon tests. Results Most subjects (54%) first presented to a physician?s office or clinic. All of the subjects were hospitalized, and the vast majority (85%) had respiratory symptoms as their predominant symptom at presentation. There was no clear association of any of these case characteristics with survival. Cases with direct poultry exposure were 2.8 times more likely to receive oseltamivir treatment than those without direct exposure (RR = 2.89, 95% CI 1.44 ? 5.78). While the overall number of survivors was small, cases with documented oseltamivir treatment were approximately 24% more likely to survive than cases for which oseltamivir treatment was not documented (RR 1.24; 95% CI: 0.34-4.58). In oseltamivir treated cases, the median time from symptom onset to start of antiviral treatment was 2.5 days in survivors compared to 7.0 days for those who died. Fatality, therefore, may be related to delay in initiation of treatment after presentation. Conclusions The data suggest that early treatment with the antiviral drug oseltamivir may play an important role in survival. However, a low clinical suspicion of disease likely remains an important impediment to early diagnosis. Therefore, a clear policy for the protocol of early diagnosis & treatment of febrile illness including influenza is necessary.