Latar belakang dan Tujuan: Bajaj sebagai salah satu alat transportasi rakyat yang dapat menimbulkan getaran. Getaran yang mengenai tubuh dapat menimbulkan gangguan, antara lain nyeri bahu. Kelainan tersebut dapat terjadi akibat gangguan pada neuromuskular, vaskuler, darah, tulang dan sistem lainnya. Pajanan getaran yang terjadi terus menerus dapat menimbulkan gangguan muskuloskeletal pada leher, bahu dan lengan atas. Gangguan muskuloskeletal ini merupakan salah satu gejala dari pajanan getaran yang terbanyak, yaitu 17-42%.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dilakukan di KDK FKUI Kel. Kayu Putih, Jakarta Timur. Pada November 2008- Januari 2009. Pengambilan sampel berdasarkan total sampling. Pengumpulan data dengan anarnnesa menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan getaran pada bajaj. Variabel yang diteliti adalah Umur, pendidikan, merokok, usia bajaj, perawatan kendaraan, lama kerja per hari, penggunaan alat peredam di tangan kanan, bokong dan kaki kanan, alat pelindung diri. Indeks Massa Tubuh, tekanan darah, sudut antara lengan atas dan batang tubuh (sudut ketiak), Tingkat akselerasi getar pada tangan kanan, bokong dan kaki kanan. Populasi bajaj di Kel.Kayuputih seratus lima puluhan.
Hasil Penelitian: prevalensi pengemudi bajaj yang mengalami nyeri bahu kanan akibat getaran adalah 63.9%. Faktor paling dominan berhubungan dengan nyeri bahu kanan adalah faktor merokok. Memiliki risiko 17.06 kali terjadinya nyeri bahu dibandingkan tidak merokok dan WBV bokong >0.4 m/det2 (p=0.000) memiliki risiko 11.60 kali terjadinya nyeri bahu dibandingkan WBV bokong <0.4 m/det2.
Kesimpulan dan Saran: Faktor yang paling berhubungan dengan nyeri bahu kanan adalah faktor merokok, faktor tingkat akselerasi getar pada bokong. Perlu dibuat modifikasi kendaraan pengganti yang aman dan terjangkauoleh pengemudi bajaj sehingga mereka secara sukarela beralih profesi menjadi kendaraan yang lebih aman.