Tujuan penelitian uji klinis ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kolostrum sapi terhadap jumlah limfosit CD4+ penderita HIV. Penelitian dilakukan di UPT HIV RSUPNCM, mulai bulan Pebruari 2010 sampai dengan Mei 2010. Sebanyak empat puluh subyek terseleksi dari penderita HIV dengan metode consecutive sampling. Dengan alokasi random blok, dihasilkan dua puluh subyek mendapat kolostrum sapi dan konseling gizi, dan dua puluh subyek lain hanya mendapat konseling gizi saja. Data dikumpulkan sebelum dan setelah periode perlakuan melalui wawancara, pengukuran antropometrik dan pemeriksaan laboratorium darah untuk penentuan jumlah limfosit CD4+. Data asupan makanan ditentukan dengan menggunakan metode food record 1 hari dalam seminggu pada awal dan a.ldrir penelitian. Selama periode penelitian, empat subyek di drop out karena kondisi memburuk (satu orang), tugas keluar kota (dua orang) dan satu orang tidak dapat dihubungi.
Nilai rerata jumlah limfosit CD4+ sebelum pemberian kolostrum sapi pada kelompok perlakuan adalah 188,67±79,29 sel/mm sedang pada kelompok kontrol 186,56±83,48 sel/mm dengan uji t tidak berpasangan kedua kelompok memberikan hasil tidak berbeda bermakna (p=0,938). Setelah perlakuan, terjadi peningkatan jumlah limfosit CD4+ pada kedua kelompok menjadi 246,06±161,18 sel/mm pada kelompok perlakuan, sedang pada kelompok kontrol menjadi 201,61±83,5 sel/mm dengan uji t tidak berpasangan menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna. Skor kualitas hidup dengan menggunakan SF-36v2 pada kelompok perlakuan memberikan nilai rata 108,78 dan di akhir penelitian menjadi 113. Pada kelompok kontrol, sebelum perlakuan didapatkan nilai rata skor kualitas hidup adalah 108,89, setelah enam minggu, nilairerata menjadi 111,94. Uji t tidak berpasangan pada kelompok perlakuan maupun kontrol tidak menunjukan perbedaan yang bermakna. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa setelah pemberian kolostrum sapi selama enam minggu dapat mingkatkan jumlah limfosit CD4+ dan skor kualitas hidup yang secara statistik tidak bermakna. Walaupun secara statistik tidak bermakna, tetapi secara klinis ada manfaatnya.