Tujuan studi ini untuk meneliti mobilitas ulang alik dan mempelajari bagaimana faktor-faktor demografi dan sosial-ekonomi mempengaruhi pelaku dalam menggunakan jenis transportasi yang mempunyai pola berbeda pada tiap kawasan metropolitan. Adanya orientasi kegiatan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan perkotaan yang terpusat di zona inti metropolitan dan lokasi tempat tinggal yang semakin menjauh menyebabkan penduduk harus melakukan mobilitas ulang alik yang jumlalnya terus meningkat.
Data yang digunakan adalah data SUPAS 2005, dengan obyek penelitian penduduk pada kawasan metropolitan berumur 5 tahun keatas yang melakukan mobilitas ulang alik melintasi batas kabupaten/kota. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis inferens dengan menggunakan multinominal logistik. Variabel bebas yang digunakan: umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, jenis pekerjaan, status migran total, jarak dan klsifikasi daerah tempat tinggal dan variabel terikat: transportasi umum, transportasi pribadi dan berjalan kaki.
Temuan dari analisa deskriptif menyimpulkan pada seluruh kawasan metropolitan urutan pertama dalam jumlah penggunaan jenis trasportasi oleh pelaku mobilitas ulang alik adalah transportasi umum (52,9 persen), diurutan kedua transportasi pribadi (46,0 persen) dengan ciri penduduk berumur 30-50 tahun dan urutan terakhir berjalan kaki umumnya dilakukan oleh penduduk 5-11 tahun (],1 person) yang merupakan usia sekolah. Analisis inferens menyimpulkan bahwa dengan bertambahnya umur kecenderungan menggunakan transportasi pribadi lebih besar.
Variabel jenis kelamin, status perkawinan dan pendidikan mempunyai pengaruh yang besar dalam penentuan penggunaan transportasi pribadi. Kecenderungan tersebut terdapat pada jenis kelamin laki-laki, mereka yang berstatus kawin dan yang mempunyai jenis pekenjaan kerah putih. Sedangkan komutasi dengan berjalan kaki sangat dipengaruhi oleh jarak tempuh dan pendidikan.
Terdapat pola yang berbeda pada tiap kawasan metropolitan, secara umum pelaku mobilitas ulang alik senang menggunakan transportasi umum kecuali di Gerbangkertosusila pilihan pada transportasi pribadi. Hal berbeda pada Bandungraya benjalan kaki lebih menonjol dibandingkan pada metropolitan lainnya. Angka mobilitas tertinggi terdapat pada metropolitan Jabodetabek disusul oleh Mebidang, Bandungraya, Mamminasata, Kedungsepur dan terakhir Gerbangkertosusila.
This papers is purposed to observe the influx of commuters and the effect of socio demography toward the moda choice of transportation into metropolitan zones in Indonesia. The economic pull factor in metropolitan and residential location in suburb, its affect the increasing of population become commuters. The main source data for analysis is Intercensal Population Survey {SUPAS) 2005 and the unit observation is population aged 5 years and over who have experienced as a commuter. Using method descriptive and inference which is applied multinornial logistics. Based on descriptive analysis found the public transport as the first order (52,9 percent) moda choice commuter in metropolitan area and the second order is private transport (46,0 percent) whom population aged 30-50 years old. While on foots is the last order (l,l percent) whom population 5-ll years old at schooling age. The older commuters have tendency and preference to use a private transportation. Variables which have significant contribution to the transportation type of private moda choice among others are: sex, marital status and education attainment. On contrast, the length of distance and aducation attairunent determined the moda choice on foots. Moda choice in metropolitan area have same pattem to used public transportation excepted Gerbangkertosusila that private transportation become the first order. Bandungraya have difference pattem with on foots are Hanging. Jabodetabek metropolitan area as first orders the mobility rate of commuters and the second order is Mebidang metropolitan area than Bandungraya, Maminasata, Kedungsepur and the last is Gerbangkertosusila.