ABSTRAKKriptosporidiosis adalah penyakit parasitik yang disebabkan oleh
Cryptosporidium sp~ parasit kokstdia intraseluler pada manusia dan hewan dan
merupakan agen yang menyebabkan enterokolitis. Cryptasporidium sp. dapat
menyebabkan penyakit gastrointestinal pada manusia, terutama anak-anak dan
penderita imunodefisieosi. Angka kejadian infuksi umumnya lebih tinggi pada
anak-anak dibandingkan orang dewasa skala klinis kriptosporidiosis sangat luas
mulai dari asimtomatik sampai diare persisten. Selain menyebabkan diare, infeksi
ini juga dapat menyebabkan malnutrisi Selama ini metode pulasan modifikasi
laban asarn mcrupeksn nilai baku emas bagi pemeriksaan Cryptosparidium sp.
Namun sensitivitas tekrrik ini rendah dan sangat bergantung pada ketrampilan
serta pengalaman tenaga mikroskopis dalaM melihat Cryptosparidium sp. Deteksi ookista Cryptosporidlum dengan antibodi monoklonal terhadap dinding ookista
Cryptosparidium (CmAbs) merupakan metoda yang sensitif dan spesifik untuk
mendeteksi ookista dari apusan tinja dibandingkan metode pewarnaan
konvensional Penelitian ini, menggunakan teknik imunofluoresen dengan
an!ibodi monoklonal yang telal1 dilabel oleh FITC untuk deteksi kriptosporidiosis
pada batita. Hasilnya akan dlbandingkan dengan PCR dalam hal sensitivitas dan
spesifisitas. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain cross
sectional menggunakan uji diagnostik. Hasil uji skrining dan tingkat agreement
dihitung. Dari 239 sampel tinja yang diperiksa, didapatkan freknensi
kriptosporidiosis pada anak batita sebanyak 24,3%. Kriptosporidiosis umum
tetiadi pada populasi anak-anak di bawah tiga tahun. Dibandingkan dangan
metode konvensional yaitu pewamaan modifikasi tahan asam dan auramin fenoJ,
deteksi kriptosporidiosis dengan pemeriksaan imunofluoresen langsung lebih
sensitif dllll lebih spesifik (p=O,OOO). Dibandingkan dengan PCR, pemeriksaan
lmunofluoresen langsung memiliki sensitivitas 86,2% dan spesifisitas 98,9%.
Sehingga dapat digunakan sebagai altemalif untuk deteksi ooldsta
Cryptosporidium sp. pada sampel tinja terutama untuk studi epidemiologi atau
skrining Penilaian terhadap adanya faktor resiko jenis kelamin, status gizi dan
diare teenyata didapatkan hasil tidak bermakna
AbstractCryptosporidiosis is a parasitic disease caused by CryptospOridium sp,
coccidian parasite intracellular in human and animaL Cryptosporidium sp can
cause gastrointestinal diseases in human, particularly in children and
immununodeficiency individuals. Generally. the incidence higher among children
!han the adults. The clinical manifestations are wide, ranging from asymptomatic
to persistent diarrhea and malnutrition in children. Modified acid fast staining
method has been a gold standard to detect Cryptosporidlum sp, however, this
technique has low sensitivity and depends mulct on the experience and skill of the
technician. Detection of Cryptosporidium sp oocyst using monoclonal antibody
to Cryptosporldium sp wall (CmAbs) is a more sensitive and specific method to
determine an oocyst from stooL The objective of this study is to determine
cryptosporidiosis proportion between toddlers by FITC monoclonal antibody
technique. The result will be compared to PCR on its sensitivity and specificity to
cryptosporidiosis diagnosis. This research is qualitative interpretation with cross
sectional design study which using diagnostic test The result of the screening test
and lhe levels of agreement were quantified. Of 239 fecal samples examined,
there were 24,3% positive oocyst Cryptosporidium sp, Cryptosporidiosis is
common in children under three years old population. Comparing to conventional
methods, MTA and Af, cryptosporidiosis detection using direct
immunofluorescent test is more sensitive and specific (p=O,OOO), Comparing to
PCR technique~ direct immunofluorescent test has sensitivity 86~2% and
specificity 98,9%. Statistically, direct immunofluorescent test can can be used as
an alternative method to detect CJYP!osporidium sp. compared to PCR (p--o,06S),
in particular for epidemiological study or population screening. Evaluation on risk
factors such as sex. malnutrition and diarrhea symptom appear that there is no
significant differences.