Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jangka panjang antara liberalisasi pcrdagangan terhadap perlumbuhan industri di Indonesia dengan rnenggunakan model Lucas. Analisis dilalcukan secara agregat sesuai dengan pengelompokan ISIC 2 digit pada statistik industri sedang besar.
Variabel terikat yang digunakan adalah nilai tambah industri, sedangkan variabel-variabel penjelasnya adalah modal, tenaga kelja, nilai ekspor, rata-rata tarif bca masuk dan pendidikan serta variabel dummy krisis tahun 1997. Metode Ekonomctri yang digunakan adalah analisis kointegrasi dengan Metode Bounds Tesling Coinzegralion pendekatan ARDL (Auloregressive Disiributcd Lag).
Hasil uji stasioneritas data yang digunakan dalam penelitian menunjukkan bahwa data-data variabel berordo integrasi campuran I(0) dan I(l). Kemudian dilakukan bounds testing zncnghasilkan nilai F statistik sebesar 4.5386. Nilai F-stat ini berada diatas batas-batas kritis F-stat pada k=6 dan a = 5% . Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada kointegrasi antara variabel modal, tenaga kerja, rata-rata tarii ekspor, pcndidikan dan dummy klisis terhadap nilai tambah induslri.
Hasil estimasi model penelitian dalam jangka panjang faktor modal, tenaga kczja, nilai ekspor signifikan secara statistik bexpengaruh positif terhadap nilai tambah industri. Sedangkan rata-rata tarif signifikan sccara statistik berpengaruh negatif terhadap nilai tambah industri, sementara ilu variabcl pcndidikan berpengamh positif tetapi tidak signitikan secara statistik.
Koefisien jangka panjang mcnunjukkan bahwa faktor tenaga kerja sektor rnanufaktur mempunyai peran yang besar dengan kocfisien sebesar 13834. Nilai ini juga menunjukkan bahwa tenaga kerja tidak elastis terhadap nilai tambah industri. Faktor modal bersifat tidak elastis dengan kocfisicn sebesar 0.34S. Variabel rata-rata tarif sebagai indikasi liberalisasi mempunyai koefisicn scbesar 0.235 sedangkan ekspor mempunyai koetisien sebesar 0250. Siggnifikansi variabel ekspor juga menunjukkan bahwa kebUakan promosi ekspor bcrpcngaruh positif terhadap pertumbuhan industri manufaktur.
Dalam jangka panjang variabel pendidikan dan dummy krisis tidak mempengaruhi pertumbuhan industri. Ha! ini menunjukkan bahwa peran pendidikan dalam peningkatan kualitas tenaga keuja sektor manufaktur belum terlihat sehingga perlu mendapatkan perhatian Iebih banyak. Selain itu dalam penelitian ini variabel pendidikan belum mcnggunakan semua tingkat pendidikan. Pengaruh krisis dalam jangka panjang tidak terlihat, meskipun pada saat krisis teljadi pertumbuhan industri negatif. Model ECM menghasilkan arah yang benar dan Siglliflkall secara statistik. Dalam jangka pendek(shor.' run), jika teljadi shocks ada mekanisme untuk kembali ke keseimbangan jangka panjang.