Penelitian ini ingin melihat ada tidaknya pengaruh komponen Health Belief Modal dan dukungan social terhadap kepatuhan medis pada individu pengidap hipertensi. Komponen HBM meliputi persepsi keparaha, persepsi kerentanan, ersepsi manfaat, persepsi hambatan dan isyarat bertindak. HBM digunakan sebagai model teoritik karena merupakan model yang dianggap paling baik untuk menjelaskan kepatuhan medis.
Subyek penelitian ini adalah 52 pria dan wanita yang mengidap hipertensi minimal satu tahun, berusia 40 sampai 65 tahun, berpendidikan minimal SMA dan merupakan pasien rawat jalan di RSCM. Penelitian ini menggunakan kuesioner tertulis dan wawancara untuk memperoleh data penelitian. Ada tiga kuesioner yang digunakan, yaitu kuesioner yang mengukur komponen HBM, kuesioner dukungan sosial dan kuesioner kepatuhan medis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi hambatan dan persepsi kerentanan berpengaruh terhadap kepatuhan medis 17% varian kepatuhan medis bisa dijelaskan oleh variabel persepsi hambatan. 26% valian kepatuhan medis bisa dijelaskan oleh variabel persepsi hambatan dan persepsi kerentanan. Variabel bebas lain, yaitu persepsi keparahan. persepsi manfaat, isyarat bertindak dan dukungan sosial tidak berpengaruh terhadap kepatuhan medis.
Mengenai persepsi keparahan, sebagian besar subyek mempersepsi keseriusan dampak hipertensi terhadap kondisi fisik dan psikologis, namun tidak banyak subyek yang mempersepsi keseriusan dampak hipertensi terhadap kelancaran kegiatan sehari-hari. Mengenai perspektif kerentanan, mayoritas subyek mempersepsi dirinya rantan terhadap hipertensi yang lebih parah bila tidak minum obat hipertensi, merokok, mengkonsumsi makanan yang tinggikadar garam dan kolestarolnya serta tidak berolahraga secara teratur. Mayoritas subyek mempersepsi manfaal menja!ankan naslhat medis untuk menanggulangi hipertensi. Mengenai persepsf hambatan, hanya sebagian kecil subyek yang menyatakan terganggu dengan efek samping obat hipertensi. Faktor ekonomi tampaknya tidak menjadi kendala ulama. mungkin karena adanya program Askes. Sumber informasi utama mengenai hipertensl adalah dokter. Hanya sebagian kecil subyek yang memperoleh banyak informasi dari media massa, perawat dan seminar kesehatan. Mayoritas subyek menyatakan keluarga memperhatikan kesehatan mereka, ada orang yang dapat diajak berdiskusi mengenai hipertensi. Hanya sedikit subyek yang menjadi anggota kelompok pemerhali masalah~masalah hipertensi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan pentingnya penerapan perspektir biopsikososial dalam penanggulangan penyakit (hipertensi) dengan memahami kondisi sehat dan sakit sebagai konsekuensi dari saling keterkaitan antara faktor biologis. psikologis dan social.