Bangsa Indonesia dikenal akan keragaman budayanya. Keragaman ini
menuntut adanya perhatian yang sungguh-sungguh untuk membangun
pemahaman antar budaya. Pendidikan multikultur sebagai sebuah upaya
terstruktur yang dirancang untuk memahami, menerima dan membangun
hubungan yang konstruktif dengan orang atau kelompok yang berasal dari kultur lain (Hoopes dan Pusch, 2000) menjadi hal yang penting untuk dilakukan.
Manusia memiliki kecenderungan untuk mengkategorisasi ingroup-
outgroup secara kaku berdasarkan satu dimensi sudut pandang. Keadaan ini dapat
mendorong pada sikap yang tidak toleran terhadap outgroup. Untuk membangun sikap yang lebih toleran perlu diarahkan pada proses dekategorisasi dengan membangun kesadaran untuk mereferensikan diri pada multi identitas (Brewer dalam Oskamp, 2000).
Intervensi yang dilakukan dalam bentuk pelatihan bertujuan untuk
meningkatkan toleransi siswa SLTP terhadap outgroup dalam ketiga aspek
toleransi, yaitu respect dan appreciate, accept sena empathy. Modul pelatihan
didasarkan pada aspek-aspek pendidikan multikultur yang menitikberatkan pada pendekatan dekategorisasi dengan memberikan pemahaman tentang persepsi,
memampukan siswa untuk menganalisis diri, kebutuhan dan strategi kelompok lain dalam sessi Cultural SGMAWGVEHCSS. Tahap selanjutnya adalah mengenali nilai-nilai yang dianut serta relatifitasnya terhadap nilai lain dalam sessi Value.
Serta pembekalan ketrampilan berkomunikasi dengan orang lain dalam sessi komunikasi.
Meskipun evaluasi secara kuantitatif terhadap pre dan post test dengan uji t pada los 0,05 tidak menunjukkan hasil yang signifikan, tetapi evaluasi kualitatif,
evaluasi materi dan umpan balik peserta menunjukkan adanya proses
dekategorisasi yang mengarahkan subyek pada kecenderungan sikap yang lebih loleran.