UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Upaya Merancang Penanggulangan Demotivasi Kerja pada Kasus Jabatan Plafon : Studi Kasus di BUMN X

AM Unggul Putranto; Hartanto Brotoharsojo, supervisor (Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002)

 Abstrak

Sejak semula BUMN X telah menggunalcan golongan jabatan dan golongan gaji
sebagai dasar pembinaan pekerja. Golongan individu adalah golongan yang didapat
seorang pekerja ketika ia masuk ke perusahaan, yang didasarkan pada tingkat
pendidikan dan pengalaman yang bersangkutan. Sedangkan golongan jabatan
adalah golongan yang diperoleh dari hasil evaluasi jabatau terhadap bobot suatu
jabatan (halaman 1).
Dengan sistem tersebut seorang pekerja dapat naik golongan jika golongan
jabatannya masih lebih tinggi dari golongan individunya. Dengan kata lain
kenaikan golongan individu dibatasi oleh besamya bobot dari jabatan yang
dipegangnya. Hal ini berarti golongan jabatan digunakan sebagai unsur
motivasional bagi pekerja. Sernentara itu di pihak lain, selama golongan
individunya Iebih rendah dari golongan jabatan bisa dikatakan pekerja digaji di
bawah beban jabatannya. Ironisnya pekerja justru terrnotivasijika golongan gajinya
masih di bawah golongan jabatannya, karena masih bisa berharap mendapatkan
kenaikan gaji (halaman 2-3).
Masalah yang muncul tidak sekedar masalah motivasi, tapi bagi perusahaan berarti
timbulnya kesulitan dalam pembinaan (mutasi dan promosi) pekmja, budget yang
dikeluarkan lebih besar dan produktivitas kerja yang rendah (hal 3-4).
Saat ini untuk melaksanakan pembinaan pekelja fungsi HRD mengacu pada
struktur organisasi dan golongan jabatan yang dikeluarkan oleh inngsi
Pengembangan Sistem (PS). Jika belum mencapai plafon, maka seorang pekeija
dapat naik golongan, sedang jika sudah plafon yang dilakukan adalah (1)
mencarikan jabatan lain yang golongannya (tentu saja tanggung jawabnya) lebih
tinggi, (2)]fungsi PS untuk melakukan reevaluasi jabatan (halaman 5).
Sebaai suatu sistem, penggunaan golongan gaji dan golongan jabatan cukup efektif
dalam mernotivasi pekerja, tetapi dapat dipastikan suatu saat golongan gaji peke1ja
sama dengan golongan jabatannya (biasa disebut plafon). Dalam posisi seperti ini
dapat diprediksi mempengaruhi motivasi kerja pekerja, karena ia tidak dapat naik
golongn lagi atau tidak dapat memperoleh kenaikan gaji (halaman 9).
Tinjauan teoritik dalam memahami masalah tersebut adalah didasarkan pada
munculnya masalah motivasi ketika pekerja dihadapkan pada masalah jabatan
plafon. Mengacu pada teori motivasi dari Hemberg, penyebab dari permasalahan
ini adalah adanya faktor hygiene yaitu golongan plafon yang tidak merundingkan
pekerja naik gaji, dan ini mempengaruhi motivasi kelja mereka (motivation
jizctors). Oleh karena itu solusi terhadap perrnasalahan ini bukan dengan
menghilangkan penyebab timbulnya faktor hygiene seperti menaikkan gaji atau
tunjangan, tetapi melalui pendekatan lain yang bisa rnembangkitkan motivasi
pekerja seperti pencapaian prestasi kerja (halaman 9-10).
Dari hasil penelitian administratif di Kantor Pusat (termasuk anak perusahaan) pada
tahun 2000, terdapat 167 permintaan reevaluasi jabatan, namun lebih dari 60 persen
tidak didasari alasan yang cukup untuk melakukan reevaluasi. Sedangkan sisanya,
alasannya antara Iain penggabungan jabatan, penambahan beban kerja Uob
enrichment dan perubahan struktur organisasi (halaman 27).
Untuk mendapat gambaran yang nyata akibat plafon golongan jabatan ini terhadap
motivasi pekerja, dilakukan pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan
wawancara di salah satu Unit Usaha (Unit Pemasaran dan Niaga IV Semarang)
kepad pemegang jabatan yang plafon, atasan yang bersangkutan dan kepada
Kepala fungsi HRD dan PS (Pengembangan Sistem) setempat. Wawancara
difokuskan pada apa yang dilakukan oleh pemegang jabatan ketika tahu bahwa
jabatannya plafon, kebijakan yang diarnbil fungsi HRD dan pertimbangan fungsi PS
dalam melakukan reevaluasi jabatan (halaman 29-33).
Rekomendasi yang dinrikau dalam tulisan ini adalah memisahkan keterkaitan
antara golongan jabatan dan golongan gaji dalam pembinaan pekerja, dengan
harpan motivasi pekexja tidak lagi pada ‘mengejar golongan jabatan, tetapi
bagaimana meningkatkan kompetensinya dan ‘mengejar’ kinerja agar gajinya
meningkat (halaman 38).
Untuk itu yang akan dijadikan pedornan adalah golongan jabatan saja, yang
dihitung berdasarkan system evaluasi Hay yang ‘menghitung’ know-how, problem
solving dan accountability dari suatu jabatan. Rumusan besarnya gaji tidak dibahas
dalam tulisan ini, tetapi hanya sejauh mengetengahkan faktor-faktor apa saja yang
perlu dipertimbangkan dalam menentukan struktur gaji. Faktor-faktor tersebut
adalah digunakannya market survey darl beberapa perusahaan sejenis untuk
menentukan besarnya gaji beberapa jabatan ditambah dengan tunjangan-
tunjangan. Berdasarkan regresi dari beberapa jabatan kunci tersebut, dibuat
secara menyeluruh gaji jabatan-jabatan lain berdasarkan score evaluasi jabatan

 File Digital: 1

Shelf
 T-AM Unggul Putranto.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Tesis Membership
No. Panggil : T-Pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : [Place of publication not identified]: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer ,
Tipe Carrier : online resource
Deskripsi Fisik : iv, 135 hlm. : ill. ; 30 cm. + lamp.
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T-Pdf 15-24-54063581 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20343551
Cover