Pada anak tunanctra, informasi yang bersifat taktil dan auditif sangat diandalkan untuk belajar tentang dunia (Hull, dalam Mangunsong, 2009). Oleh karena itu, komunikasi verbal merupakan kemampuan yang perlu dikuasai oleh anak tunanetra, agar dapal dipahami Oleh orang lain dan juga sebaliknya. Program intervensi Affect-Based Language Curriculum diberikan kcpada S, seorang anak tunanetra bcrusia 8 tahun 2 bulan yang belum mampu terlibat dalam pembicaraan dua arah. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi S agar sesuai dengan tahap perkcmbangannya. Hasil intervcnsi menunjukkan adanya peningkatan kemampuan komunikasi S, meskipun tidak pada semua area kcmampuan. Kurangnya keterlibatan keiuarga untuk turut menerapkan program intervensi ini secara berkelanjutan di rumah menjadi salah satu penyebab kurang optimalnya hasil yang dittapai.
Blind children rely on tactile and auditive infomiation in order to leam about the world (Hull, in Mangunsong, 2009). Thus verbal communication is an important skill that should be mastered by blind children. Affect-Based Language Curriculum is given to S, an 8 years old blind girl, who is not capable of interacting in two-way conversation. The purpose of this intervention program is to improve’s communication skill. Result shows that there is an improvement in S's communication skill, although it is not in all area of skill. The lack of family's involvement to continue the program in home setting is one of the reason why this intervention program did not result as optimal as expected.