Sexual abuse merupakan suatu realita yang terjadi di sekitar kita.
Data dari Pusat Krisis Terpadu RSCM menyatakan adanya 270 kasus
sexual abuse sepanjang lahun 2002, yang terjadi pada anak usia 2 hingga 18
tahun. Sexual abuse ini merupakan kontak atau aktivitas seksuai yang
dilakukan pada anak oleh orang dewasa. Anak dipakai unluk mendapatkan
stimulasi seksual bagi orang dewasa ataupun orang lain. Peristiwa seksual
abuse itu tentunya menimbulkan dampak bagi anak, termasuk juga
berpengaruh pada perkembangan kepribadian anak. Untuk dapat menggali
Serta lebih memahami mengenai perasaan anak setelah peristiwa sexual
abuse dapat digunakan tes diagnostik, yang Salah satunya adalah Tes
Menggambar Orang. Melalui tes menggambar orang akan dapat dikctahui
gambaran kepribadian anak, bagaimana anak inenggannbarkan dirinya, hal
apa yang penting baginya, serta konflik ataupun keinginannya saat itu.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan subyck
sejumlah 4 anak perempuan berusia antara 5 dan 6 tahun yang pernah
mengalami sexual abuse, diperoleh dari Pusat Krisis Terpadu RSCM. Data
yang digunakan adalah laporan status serla hasil tes menggambar orang
Berdasarkan analisis, tampak bahwa anak yang pernah mengalami
sexual abuse memiliki kepribadian dengan lcecenderungan inferior,
insecure, menarik diri, serta menampakkan kecemasan hal tersebut dapat
jadi berkaitan dengan perisliwa sexual abuse yang mereka alami. Seperti
dikemukakan oleh para ahli, anak korban sexual abuse menjadi ccmas,
cenderung menarik diri, menjadi lebih jarang bermain Serta menurunnya
rasa percaya diri. Para subyek juga tcrlihat lebih berorientasi terhadap
dirinya sendiri.