Individu dewasa menengah yang berusia 40an tahun aiau mendekati usia 50an tahnn, yang menikah dan hidup bersama selama lebih dari 20 tahun, berada dalarn masa perkawinan dewasa menengah. Pada masa ini, anak-anak mulai meninggalkan rumah untuk kuliah, bekerja atau menikah (Glick, dalam Newman &. Newman 1991). Periode Selama anak-anak mulai meninggalkan rumah disebut sebagai Iaunching period (Mattessich & Hill, dalam Newman & Newman, 1991).
Dalam hublmgan antara suami-istri, pada umumnya, kepuasan perkawinan pacla tahap ini belum meneapai puncaknya karena kepuasan perkawinan mengikuti pola huruf U, yang kepuasan perkawinan terbesar te1jadi pada awal dan akhir kehidupan perkawinan, atau ketika anak terakhir menjadi remaja (Steinberg, Silverberg, dalam Davidson & Moore, 1996). Maksudnya, setelah tahun pertama perkawinan, kepuasan cenderung menurun Selama usia perkawinan 20-24 tahun pada saat individu memasuki masa dewasa menengah, kepuasan perkawinan semakin menurun, dan kepuasan mulai meningkat saat anak meninggalkan rumah dan individu memasuki atau dalam masa pensiun (Orbuch dkk, dalam Papalia, Olds & Fieldman, 2001).
Kepuasan perkawinan sedikit banyak juga dipengaruhi oleh iaktor einta. Semakin besar cinta individu terhadap pasangan mal-ca sernakin besar kepuasan dalam perkawinan. Pengekspresian einta juga merupakan sesuatu hal yang penting (Sternberg, 1988). Gaya cinta pada masa dewasa menengah di Amerika Serikat adalah gaya cinta storge dan pragma(dalam Montgomery & Sorell, 1997). Namun, ada perbedaan dalam memandang cinta dalam suatu perkawinan, disebabkan karena adanya perbedaan kebudayaan di Indonesia, yaitu apa yang disebut sebagai budaya timur dengan budaya barat. Walaupun setiap orang di mana saja ia berada, memiliki cinta namun yang masih menjadi pertanyaan adalah adalah apakah teori cinta yang dikembangkan di negara barat yang memiliki adat budaya individu yang berbeda dengan di tirnur terutama di Indonesia, sesuai dan dapat diterapkan di negara kita.
Karena alat ukur gaya cinta belurn pernah dipakai di Indonesia, maka peneiitian eksploratif-deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui apakah alat ukur gaya Cinta ini reliabel dan valid untuk dipakai di Indonesia, dan mengetahui gambaran gaya cinta pada individu dewasa menengah di Indonesia serta melihat apakah ada perbedaan gaya cinta pada pria dan wanita dewasa menengah. Dengan demikian dapat diketahui apakah benar pasangan suami istri di Indonesia, teori gaya cinta itu memang benar terbagi menjadi 6 gaya cinta dan apakah benar pada pasangan suami istri dewasa menengah di Indonesia., mengalami gaya cinta storge dan pragma sesuai dengan hasil penelitian Hendrick dan Hendrick (1986) yang dilakukan di Amerika Serikat. Inventori yang akan digunakan dalam penelitian ini akan digunakan LAS versi Levesque, yang telah mengalarni sedikit perubahan dari versi Hendrick and Hendrick (Levesque, 1993). LAS ini terdiri dari 6 item pada setiap sub skala.
Pada analisis dan interpretasi data diperoleh hasil perhitungan reliabilitas dan validitas pada skala gaya cinta, ada beberapa item yang tidak siginfikan atau tidak valid untuk mengukur domain behavior yang sama, sehingga item-item tersebut harus dibuang. Juga terlihat bahwa hampir seiuruh item pada subskala gaya cinta Indus memiliki reliabilitas sangat rendah dan tidak valid imtuk mengukur gaya cinta ludus di Indonesia. Individu dewasa menengah yang menjadi subyek dalam penelitian ini, mengalami beberapa gaya ointa. Gambaran gaya Cinta yang paling banyak dialami oleh individu dewasa rnenengah dalam usia perkawinan 20-35 tahun adalah gaya cinta gabungan storge, pragma, agape, eros. Selain itu juga terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang signinkan terhadap gaya cinta pada kelompok subyek pria dewasa menengah dan kelompok subyek wanita dewasa menengah dalam usia perkawinan 20-35 tahun.
Setelah didiskusikan ternyata individu dapat mengalami beberapa gaya cinta dari enam gaya cinta. Dalam gaya cinta, individu dapat memilih iebih dari satu pilihan gaya cinta dalam kehidupannya. Pria dan wanita dewasa menengah sama-sama menganggap penting adaoya gairah (eros), persahabatan (storge) dan pengorbanan (agape) dalam cinta. Tidak valid dan tidak reliabelnya hampir seluruh item pada subskala gaya cinta Iudus, dan beberapa item pada subskala gaya cinta storge, pragma dan mania; munglcin disebabkan oleh penyusunan kalimat pernyataan item pada gaya cinta Indus, storge, pragma dan mania yang knrang baik. Disamping itu, karena memang di Indonesia ada perbedaan konsep dalam memandang cinta dengan di Amerika.
Selanjutnya saran untuk perbaikan penelitian ini adalah pengujian item-item untuk rnelihat apakah pernyataan-pemyaiaan yang digunakan pada alat ukur sesuai dengan budaya Indonesia, memperbanyak jumlah sampel dan mernbandingkan tahap perkembangan yang berbeda misalnya tahap perkembangan dewasa awal dengan dewasa menengah.