Tingkah Iaku yang ditampilkan individu salah satunya ditentukan oleh motif yang ada dalam dirinya. Tidak semua motif disadari oleh individu, bahkan sebagian besar motif tidak disadari individu. Motif intimacy merupakan salah satu dari sejumlah motif yang dimiliki individu. Motif intimacy merupakan dorongan intemal individu dalam berbagi keterbukaan, kontak, komunikasi timbal balik, kesenangan Kasih saying dan perhatian pada orang lain. Intimacy semakin stabii saat inividu memasuki tahapan usia dewasa muda Pada S881 temebut motif dan kebutuhan untuk intimacy menjadi hal yang disadari penuh. Karena ini, individu mulai mencari pasangan yang tetap untuk mempersiapkan dalam tugas perkembangan selanjutnya, yaitu berkeluarga.
Adanya perbedaan stereotipi gender yang mengatakan bahwa wanita memiliki karakteristik yang lebih bisa menampilkan intimacy dibandingkan pria Untuk mengukur perbedaan motif intimacy ini dapat digunakan sistem skoring dari McAdams (1980) melalui suatu asesmen yang diesebut dengan Hiemaric' Apperception Test, yang berusaha mengungkap motif yang sifatnya beium tentu disadari sepenuhnya Sistem skoring ini terdiri dari 10 kategori motif intimacy. Dalam penelitian ini penulis berusaha melihat apakah motif intimacy yang terungkap pada TAT juga dapat terungkap dalam bentuk lapor diri (wawancara) yang bentuknya lebih disadari individu dan juga sebaliknya, apakah basil wawancara yang temngkap mendukung apa yang telah idapatkan berdasarkan TAT.
Penulis juga ingin mlihat apakah benar bahwa wanita pada umumnya memiliki motif intimacy yang lebih tinggi daripada pria Sesuai penelitian yang dilakukan McAdams, penulis memakai 7 kartu TAT, dan ditambah dengan metode kualitatif (wawancara) untuk mengungkapkan motif intimacy yang bentuknya iebfih disadari individu Jumlah subyek sebanyak 8 orang, yang terdiri dari pasangan pacaran pria dan wanita kelompok usia dewasa muda (4 orang wanita, dan 4 orang pria). Hal ini ditujukan untuk dapat sekaligus melihat dinamika keinginan untuk intimacy yang berbeda pada wanita dan pria pasangan yang sedang pacaran.
Hasil yang didapatkan sesuai dengan pandangan umum gender, yaitu rata-rata skor motif inrimacy berdasarkan TAT pada pasangan pacafan usia dewasa muda menunjukkan bahwa subyek wanita memiliki skor motif intimacy yang Iebih tinggi darioda subyek pria Ini menunjukkan bahwa pada subyek wanita umumnya memiliki dorongan intemal (yang bentuknya kurang/tidak disadari) yang lebih besar dalam berbagi keterbukaan, kontak, komunlkasi timbal balik., kesenangan, kasih sayang dan perhatian pada orang lain. Motif intimacy berdasarkan wawancam secara umum terungkap bahwa pada setiap subyek wanim secara sadar mengemukakan keinginan untuk lebih banyak menikmati kebersamaan dengan paaangannya (union) dan daiam bentuk escape to im'fmak.y.
Hal ini tidak terungkap pada subyek laki-Iaki pasangannya. Hampir seluruh kategori motif intimacy yang muncul pada TAT juga muncul pada wawancara Ini menunjukkan bahwa pada umumnya semua motif intimacy yang sifatnya tidak disadari dapat terungkap secara disadari. Sedangkan, ada banyak kategori motif intimacy yang hanya muncul pada wawancara, namun tidak muncul berdasarkan TAT. Ini menunjukkan bahwa wawancara mengungkapkan kategoli motif intimaqf yang tidak terungkap melalui TAT- Hal ini dapat te|jadi karena biasanya dalam bentuk laporan biografi dari individu (wawancara) banyak muncul Iapor diri yang diterima secafa sosial dan terlihat "normal". Sehingga keinginan/dorongan inrimacy -yang merupakan keinginan yang sangat diterima secara sosial dan terlihat "normal"~ lebih banyak muncul dari wawancara yang diperoleh Terlebih lagi subyek penelitian yang digunakan adalah kelompok usia dewasa muda yang memiliki kebutuhan untuk intimaqy yang disadari penuh.
Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan agar memperbanyak jumlah sampel agar dapat lebih digeneraiisasikan, membuat standarisasi motif intimacy dari McAdams, sehingga dapat ditentukan motifintimaqy yang tergolong tinggi, sedang atau rendah, dan mélihat perbedaan tingkah laku antara individu yang bermotif tinggi, sedang dan rendah melalui setting yang menyerupai kehidupan sehari-hari (misalnya psikodrama). Penulis juga menyarankan agar memperdaiam pertanyaan wawancara yang diberikan pada subyek penelitian, dengan menambahkan butir pertanyaan mengenai pandangan subyek wanita terhadap pasangannya, dan sebaliknya. Hai ini ditujukan unmk lebih memahami dinamika motif intimacy pada pasangan, sehingga hasil yang diperoleh lebih kaya dan mendaiam Penulis menyarankan agar melakukan penelitian ini pada berbagai kelompok usia, untuk mengetahui apakah motif intimacy (seperti juga motif-motif lainnya yang dapat diterima secara sosial) memang biasanya lebih banyak terungkap melalui wawancara (lapor diri yang disadari) dibandingkan melalui TAT. Iuga disarankan untuk penyekor scoring dengan memakai beberapa pemeriksa, sehingga reliabilitas penyekoran lebih sahih (dengan menggunakan inter rarer reliability), dan mempertimbangkan jangka waktu pacaran pada subyek penelitian. Terakhir, penulis menyarankan melakukan penelitian pada sejumlah kelompok yang dinilai memiliki sifat androgini untuk mengetahui apakah pada umumnya wanita dalam kelompok tersebut juga memiliki motif imimacy yang lebih tinggi daripada pria.