Studi ini menguji model teoritik mengenai sikap intoleransi politik,
bertujuan untuk membuktikan bahwa ODS, RWA, dan identifikasi agama
sebagai faktor kepribadian, serta persepsi ancaman sebagai thktor
lingkungan memberikan pengaruh terhadap pemhentukan sikap intoleransi
politik Sebanyak 390 mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto yang berusia 18-31 tahun mengisi kuesioner untuk mengukur
variabel-variabel di atas. Hasil menunjukkan bahwa RWA dan persepsi
ancaman memberikan pengaruh langsung positif dan bermakna terhadap
intoleransi politik, semcntara identiikasi agama memberikan pengaruh
tidak langsung yaitu melalui persepsi ancaman Dengan demikian faktor
pribadi dan lingkungan secara bersama-sama mempengaruhi intoleransi
politik. Satu variabel yaitu ODS dalam studi ini ternyata tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap intoleransi politik. Hal lain yang menarik dalam penelitian ini adalah pembuktian agama tidaklah sebagai penyebab seseorang untuk bersikap intoleran. Agama hanya dijadikan media untuk mengekspresikan sikap intoleran ketika pemeluknya merasakan adanya keterancaman Agama justru sama sekali gagal menjadi aspek pemicu ketika seseorang tidak merasa adanya ancaman dalam dirinya. Namun agama akan menjadi faktor penting pada saat dalam meningkatkan intoleransi seseorang ketika dia mengalami keterancaman atas hadirnya kelompok lain. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah, menguji kembali variabel ODS dan intoleransi politik, studi kualitatif
(analisis wacana) dan kuantitatif (structural equation modeling) pada
masyarakat non mahasiswa, non Islam dan di luar Unsoed.