ABSTRAKProducer Support Estimate diakui sebagai indikator proteksi sektor agrikultur terbaik karena karakteristiknya yang memungkinkan untuk melihat proteksi secara menyeluruh dari hulu ke hilir. Namun demikian, indikator ini tidak memperhatikan dampak penyimpangan nilai tukar terhadap tingkat proteksi sehingga dapat menimbulkan bias pada analisa proteksi negara bersangkutan. Penelitian ini dibuat untuk menganalisa tingkat proteksi pada sektor agrikultur Indonesia dengan memperhitungkan dampak penyimpangan nilai tukar pada perhitungan PSE. Penelitian ini dilakukan dengan menghitung nilai tukar riil ekuilibrium untuk Indonesia pada tahun 1993-2009 dengan menggunakan model Montiel (1999). Variabel yang digunakan adalah proxy dari nilai tukar riil, komponen konsumsi dalam pengeluaran pemerintah, Balassa-Samuelson Effect, Terms of Trade, arus modal bersih, dan liberalisasi ekonomi. Dampak penyimpangan lalu dihitung dengan melihat selisih nilai tukar nominal dan nilai tukar nominal ekuilibrium untuk kemudian dimasukkan ke dalam perhitungan PSE baru. Penelitian ini menemukan bahwa dampak penyimpangan nilai tukar rupiah signifikan pada PSE untuk Indonesia, khususnya saat ekonomi sedang stabil. Nilai PSE akan semakin bias saat penyimpangan semakin besar. Dapat disimpulkan bahwa usaha pemerintah untuk melakukan proteksi atau disproteksi pada sektor agrikultur dapat terganggu dengan adanya penyimpangan nilai tukar.
ABSTRACTProducer Support Estimate is an indicator that is approved by many researchers as the best measure to estimate the level of agriculture protection because of its ability to include protection at all levels of production. However, the current PSE indicator does not include the effect of exchange rate alignment and can result to a bias in the analysis of a country's protection. This study is written to provide an analysis of Indonesia?s agricultural protection using a modified PSE that takes into account the effect of exchange rate misalignment as a source of reference. The study uses Montiel?s (1999) model to determine Indonesia?s equilibrium real exchange rate from 1993-2009. The variable used are a proxy of Real Exchange Rate, Balassa-Samuelson Effect, Government Consumption Expenditure, Terms of Trade, Net Capital Inflow, and Economic Liberalization. The gap between the model?s nominal?s exchange rate and observed nominal exchange rate is used to calculate the new PSE. The study shows that exchange rate alignment is significantly affecting the level of protection measured by PSE. Result shows that a higher misalignment would lead to a higher bias in PSE calculation. The government?s effort to protect or diprotect the agricultural sector may be hampered by the exchange rate alignment effect.