Setelah Perang Dunia II berakhir, Jepang memasuki masa pertumbuhan ekonomi tinggi. Pada masa itulah banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur masyarakat Jepang yang juga memunculkan masalah-masalah baru bagi penduduk Jepang. Skripsi ini memfokuskan pada fenomena Yomebusoku yang terjadi pada masyarakat pedesaan di Jepang.
Penelitian yang dilakukan terutama menggunakan studi pustaka, dan teknik analisis deskriptif, dan hasilnya menunjukkan bahwa Yomebusoku terjadi akibat urbanisasi yang dilakukan ketika struktur perekonomian Jepang berubah. Urbanisasi ini menimbulkan ketidakseimbangan jumlah laki-laki dan perempuan di pedesaan sehingga jumlah calon pengantin perempuan lebih sedikit dibandingkan pengantin laki-laki. Selain itu, para perempuan tidak ingin lagi kembali ke pedesaan dan menikahi petani dengan berbagai alasan.
After World War II was ended, Japan entered a period of high economic growth. At that time, many changes occured in the structure of Japanese society and also carry out new problems for Japanese population. This study focuses on Yomebusoku phenomenon that occur in Japanese rural society.
The research conducted was primarily a literature study, using techniques of descriptive analysis, and the results show that Yomebusoku occur due to urbanization when the Japanese economiy structure was changed. Urbanization has led to an imbalance in the number of men and women in rural area. In addition, women whose go to the cities no longer want to go back to the rural area and married with farmers with a variety reason.