ABSTRAKKebutuhan dan anggaran obat riil di RSUD Pemangkat diakhir tahun selalu lebih
besar dari anggaran obat yang disediakan di awal perencanaan. Tujuan penelitian
ini mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan perencanaan kebutuhan
dan anggaran obat di RSUD Pemangkat melalui metode kualitatif. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan perencanaan kebutuhan dan anggaran obat di RSUD
Pemangkat tidak sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Hal ini disebabkan
karena kurangnya kemampuan tenaga farmasi dalam perencanaan obat dan
pengelolaan perbekalan farmasi dan keterlibatan tenaga medis dalam perencanaan
kebutuhan obat dan data pemakaian obat yang belum akurat. Selain itu, Rumah
sakit juga belum mempunyai Standar Prosedur Operasional untuk perencanaan
anggaran obat , formularium rumah sakit dan kurangnya komunikasi antara
instalasi farmasi dan manajemen rumah sakit selama proses penyusunan anggaran.
Akibatnya menghasilkan perencanaan anggaran dan persediaan item obat yang
tidak sesuai dengan kebutuhan. Penelitian ini menyarankan RSUD Pemangkat
membentuk tim penyusun anggaran dan pelatihan sumber daya manusia di
instalasi farmasi dan menyusun formularium rumah sakit. Instalasi farmasi dan
manajemen harus selalu berkonsolidasi dalam penyusunan maupun pelaksanaan
anggaran obat sehingga tercapai perencanaan kebutuhan dan anggaran obat yang
efisien dan efektif sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan operasional rumah
sakit.
ABSTRACTThe real need for drug item and budget at Pemangkat Hospital has always been
larger than the initiated budget at planning stage. The purpose of this study is to
identify problems of drug planning and budgeting that have been implemented in
Pemangkat Hospital, using qualitative method. The study shows that the drug
planning and budgeting at Pemangkat hospital were not in accordance with the
planning has been made. This was caused by the lack of ability of pharmaceutical
personnel in the planning and management of pharmaceutical drugs, lack of
involvement of medical personnel in the drug planning and inaccurate drug
consumption data. The hospital also does not have Standard Operating Procedures
for budget planning and hospital formularies and lack of communication between
hospital pharmacy and hospital management during preparation budgeting
process. Consequently, the drug budget and supply was not in accordance with the
hospital needs. This study suggests that Pemangkat Hospital need to have the
budgeting team, provide training for human resources in pharmacy instalation and
formularies. Pharmacy instalation and the hospital management should always
consolidate in the drug need planning and implementation in order to make
planning and drug budgeting according to the needs and operational capability of
Pemangkat Hospitals.