Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi unsur-unsur dalam tradisi lisan seni pertunjukan randai Minangkabau, kegiatan preservasi pengetahuan yang telah dilakukan, kendala dalam proses preservasi pengetahuan, serta langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam rangka mempreservasi pengetahuan yang terdapat dalam tradisi lisan seni pertunjukan randai Minangkabau. Metode yang digunakan adalah metode penelitian dengan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data melalui metode wawancara dan analisis dokumen.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa randai merupakan kesenian tradisi masyarakat yang dibangun dari tiga komponen penting, yakni silek, kaba, dan dendang atau gurindam. Setiap unsur saling menunjang guna membangun fungsi utama randai sebagai representasi dan media komunikasi adat serta sebagai identitas budaya masyarakat Minangkabau. Perkembangannya, tradisi bakaba babarito masyarakat Minangkabau mempercepat proses sosialisasi dan transfer randai beserta pengetahuan di dalamnya. Akan tetapi hal tersebut pun menjadi kendala dan penghambat terjaganya originalitas dari kesenian randai itu sendiri.
Kegiatan preservasi yang sudah dilakukan pada umumnya berupa kegiatan sosialisasi dalam bentuk interaksi tatap muka langsung serta proses imitasi. Eksternalisasi berupa pendokumentasian tradisi sudah mulai dilakukan, akan tetapi belum pada tataran analisa, kemas ulang, serta transfer pengetahuan sehingga sebagian besar pengetahuan tersebut hanya tersimpan di lembaga pemerintah seperti Dinas Pariwisata.
Minimnya kebijakan sehubungan dengan penggunaan bahasa Minangkabau di lingkungan pendidikan formal serta kebijakan yang menghidupkan kembali fungsi surau sebagai media pendidikan informal masyarakat menjadi pemicu lain hilangnya pengetahuan randai dalam masyarakat. Oleh karena itu sangat disarankan peran serta seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah untuk menjaga dan melestarikan pengetahuan dalam randai dengan lebih terstruktur dan berkesinambungan guna menjaga originalitas dan fungsi utama dari randai itu sendiri.
The aims of this research is to identified the elements of the oral tradition on Minangkabau's Randai Performing Arts, knowledge preservation activities that have been done, all constrains in the knowledge preservations process and all steps that can be done to do the knowledge preservation on Minangkabau's randai performing arts. The research method that used in this research is qualitative approaches and the methods of data collection are through interviews and document analysis. The result of this research conclude that randai is an artistic tradition which built from three component, namely silek, kaba and dendang or gurindam. Each element are being supporting each other in order to build the main function of randai, i.e. as representative and media communication as well as the cultural identity of Minangkabau indigenous community. In its development, the bakaba babarito Minangkabau's tradition accelerate the process of socialization of randai and the transfer of knowledge inside randai. However, it's not being an obstacles and barrier to maintain the originality of randai itself. The preservation activities that have been done, on general, is in the form of socialization activity which is on face to face interaction and on the limitation process. The externalization activity on documentation of randai tradition is already begun, but not at the analysis level, repackaging, and also transfer of knowledge. So that most of the knowledge are only store in government agencies such as the department of tourism. The lack of policy on the use of Minangkabau language in formal education environment and policy to revive the surau function as an informal education media for Minangkabau community became another trigger on knowledge loss of randai in society. Therefore, it is highly recommended the participation of all levels in society and government to maintain and preserve the knowledge of randai with more structured and continuous in order to maintain the originality and the main function of randai itself.