Dalam pidato pada KTT G20 di Pittsburgh, Amerika Serikat, 25 September 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa Indonesia secara sukarela berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 26 persen pada tahun 2020 dari tingkat business as usual (BAU) dengan usaha sendiri. Target ini bisa ditingkatkan menjadi 41 persen apabila ada bantuan luar negeri yang memadai. Tekad tersebut diutarakan di tengah ketidakpastian implementasi hasil-hasil perundingan di bawah Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC).
Terkait dengan komitmen tersebut, pemerintah Indonesia telah bertekad untuk menerapkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Secara domestik, prinsip pembangunan ini tidak hanya menguntungkan dari aspek lingkungan, tetapi juga ekonomi dan sosial. Penerapan pembangunan berkelanjutan berkorelasi positif dengan penurunan emisi GRK, namun juga dihadapkan dengan target pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, komitmen penurunan emisi GRK merupakan tantangan bagi Indonesia agar target pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen dapat tercapai. Sedangkan secara internasional, Indonesia berharap mampu menunjukkan kepemimpinannya dan menjadi pendorong bagi negara-negara lain, terutama negara maju untuk menurunkan emisi GRK global.
Penelitian dalam tesis ini didesain atas dasar riset kebijakan (policy research) dengan menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis deskriptif. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa target penurunan emisi GRK nasional sebesar 26 persen berpotensi tercapai. Selain sebagai negara yang memiliki hutan terluas ketiga di dunia, upaya-upaya penurunan emisi di bidang lainnya telah mendorong pencapaian target tersebut. Kesuksesan dalam program penurunan emisi GRK ini tidak hanya menguntungkan secara domestik, tetapi juga akan menempatkan Indonesia dalam posisi penting dalam kerjasama internasional menghadapi tantangan perubahan iklim global.
Dengan komitmen penurunan emisi GRK dalam rangka pembangunan berkelanjutan di Indonesia, maka prinsip ”pemenuhan kebutuhan generasi sekarang tanpa merugikan kebutuhan generasi-generasi mendatang” menjadi pedoman dalam pelaksanaannya. Itulah sebabnya, ketika merumuskan kebijakankebijakan dalam pembangunan, perlu melibatkan perhitungan lingkungan, yang diharapkan akan mendukung terciptanya ketahanan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan. Ketahanan ekonomi dan sosial berkontribusi bagi terciptanya ketahanan nasional yang mantap.
In a speech at the G20 Summit in Pittsburgh, the United States, September 25, 2009, President Susilo Bambang Yudhoyono said that Indonesia voluntarily committed to lowering emissions of greenhouse gases (GHG) by 26 percents by 2020 from the level of business as usual (BAU) with his own business. The target could be increased to 41 percents when there is sufficient foreign aid. The determination expressed in the midst of the uncertainty of the implementation of the results of the negotiations under the United Nations Framework Convention on climate change (UNFCCC). Associated with that commitment, the Government of Indonesia has committed to implement sustainable development. Domestically, the principle of this development not only benefits from the environmental aspect, but also economic and social. The application of sustainable development correlates positively with decreased GHG emissions, but it also faced with a target of economic growth. Thus, the emissions reduction commitment is a challenge for Indonesia to target economic growth of 7 percents could be achieved. Meanwhile, Indonesia wished to demonstrate his leadership and became the catalyst for other countries, especially developed countries to lower the global GHG emissions. The research in this thesis is designed on the basis of policy research using qualitative method with descriptive analysis techniques. Of the research results, obtained the conclusion that the 26 percents of national GHG emissions reduction target will be potentially achieved. Aside from being a country that has the world third largest forest, the efforts to decrease emissions in other sectors has been encouraging the achievement of the target. Success in this program of GHG emissions reduction not only benefits domestically, but will also bring Indonesia as an important country in the international cooperation in facing the global climate change. GHG emission reduction commitment in order sustainable development in Indonesia, then the principle of fulfilment of the needs of the present generation without harming future generations needs to be guidelines in its implementation. That is why, when formulating policies in development, it is necessary to involve the environmental accounting, which is expected to endorse the creation of an economic and social security. Economic and social security contribute to thcreation of a national resilience steadily.