ABSTRAK Kuota jemaah haji Indonesia merupakan kuota terbesar di dunia. Jawa Barat merupakan provinsi dengan kuota haji terbesar di Indonesia. Sedangkan Kota Bekasi merupakan salah satu Kabupaten/Kota yang memiliki kuota terbesar di Jawa Barat. Untuk memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan sebaik-baiknya bagi jemaah haji di bidang kesehatan, maka dibutuhkan pencatatan dan pelaporan pemeriksaan kesehatan jemaah haji yang efektif dan efisien dimulai dari jenjang pertama yaitu Puskesmas. Tujuan studi ini untuk membangun model sistem automasi pencatatan dan pelaporan pemeriksaan kesehatan jemaah haji di puskesmas. Studi menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengembangan sistem Rapid Application Development (RAD). Penelitian dilakukan di Kota Bekasi, melibatkan Puskesmas Pondok Gede dan Dinas Kesehatan Kota Bekasi.
Berdasarkan penelitian, ditemukan adanya prosedur yang belum dilakukan yaitu tidak dilakukannya pemeriksaan jiwa, penilaian kemandirian, dan tes kebugaran. Adanya pencatatan berulang-ulang juga mengakibatkan kegiatan pencatatan dan pelaporan menjadi kurang efisien, dan belum adanya informasi yang efektif untuk melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap jemaah haji risiko tinggi. Dari hasil uji coba, sistem baru dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pencatatan dan pelaporan sebesar 84-88,9% waktu yang dihemat untuk menyajikan 8 indikator pemeriksaan kesehatan haji.
ABSTRACT Indonesia has the largest Hajj quota in the world. West Java is the province with the largest Indonesian Hajj quota. While Bekasi is one of the city with the largest quota in West Java. To provide guidance, service, and the best protection for pilgrims in the health sector, an effective and efficient pilgrims health reporting and recording is required from the first level of the health center. The purpose of this study is to build a model of automation systems for recording and reporting of the pilgrims health screening. The study used a qualitative approach and Rapid Application Development (RAD) as system development method. The study was conducted in the city of Bekasi, involving primary health center Pondok Gede and Bekasi City Health Office. There were still procedures that has not been done. Redundancy found in recording and reporting caused less efficient, and there was still the absence of effective information to monitor and guide the high risk pilgrims. From the test results it can be concluded that the new system can improve the efficiency and effectiveness as it saves time by 84 to 88.9% to present 8 indicators of Hajj Pilgrims Health Screening.