Batik tradisional merupakan salah satu budaya bangsa yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Industri tersebut dulunya berkembang sangat pesat di Indonesia, Namun sejak muncul industri batik printing, keberadaan industry batik tradisional semakin menurun. ketimpangan struktur produksi antara mode produksi manufaktur batik printing dengan mode produksi industri rumah tangga batik tradisional menimbulkan persaingan yang ketat dalam industri batik nasional Indonesia, adanya barang substitusi yang hampir serupa dengan batik tradisional dengan harga jual yang lebih murah, membuat permintaan batik tradisional semakin menurun dan apabila keadaan ini terus dibiarkan akan semakin mengacam keberadaan industri batik tradisional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor dan berbagai kebijakan terhadap permintaan produk batik untuk menciptakan persaingan yang sehat dan kompetitif antara produk batik tradisional dan printing. Kebijakan yang diterapkan berupa subsidi pengurangan harga input kain, harga produk, kewajiban penggunaan batik tradisional dan adanya peningkatan pendapatan masyarakat. Spesifikasi model permintaan batik menggunakan model ekonometrik regresi linear berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square) dan LSDV (Linear Square Dummy Variale). Data yang digunakan merupakan data sekunder dengan rentan waktu (time series) dari tahun 1996-2010.
Hasil penelitian menunjukkan model permintaan batik tulis dipengaruhi oleh harga batik tulis, harga batik cap, harga batik printing, dan tingkat pendapatan, sedangkan permintaan batik cap dan printing dipengaruhi oleh harga batik tulis, harga batik cap, harga batik printing, tingkat pendapatan dan harga input kain. Sementara dengan adanya kebijakan yang dimodelkan terbukti mampu mengubah fungsi permintaan, meningkatkan nilai elastisitas harga, dan meningkatkan jumlah permintaan untuk batik tradisional cap dan tulis dalam pasar persaingan monopolistik.
Traditional Batik is one of the nation's cultures that has great potential to be developed. The industry was growing rapidly in Indonesia, however since emerged batik printing industry, traditional batik industry is declining. Structural imbalance between mass production of batik printing with the home industry production of traditional batik pose strong competition in the national batik industry, substitutes product of the traditional batik which is almost identical with cheaper selling price make demand of traditional batik is declining, if this situation would be continue, the existence of the traditional batik is threatened. This study aims to determine the influence of the factors and government policies on demand of traditional batik to create a competitive market between traditional and printing batik. Policies that are applied in this research that is subsidy in raw fabric price and subsidy in product price, mandatory use of traditional batik and an increasing income Specifications of econometric models use multiple regression linear with OLS method (Ordinary Least Square) and LSDV (Linear Square Dummy Variable). The data used are secondary data time series from 1996-2010. The results showed the model of batik is influenced by the price of written batik, stamped batik, and printing batik, and income level, while the demand of stamped and printing batik are influenced by the price of written batik, stamped batik, and printing batik, income level and prices of raw fabric. While the existence of government policies proved able to change functions demand, increase the value of price elasticity, and boosts the number of traditional batik demand in monopolistic competition market.