ABSTRAKAmplifikasi DNA virus hepatitis B (VHB) dari sampel plasma sulit dilakukan
apabila kadar DNA VHB <10.000 kopi/ml. Sehingga, langkah awal ekstraksi
menjadi penting bagi keberhasilan amplifikasi dan sekuensing. Peningkatan
konsentrasi DNA dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik memerlukan
metode isolasi yang optimal. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan teknik
isolasi DNA yang optimal untuk menghasilkan DNA VHB dalam jumlah yang
cukup sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan genetik gen
polimerase VHB terkait resistensi obat antivirus pada kasus hepatitis B kronik.
Optimasi prosedur penanganan sampel untuk mengekstraksi partikel DNA VHB
dilakukan dengan mengisolasi sampel plasma dengan kadar virus 105 kopi/ml
menggunakan delapan perlakuan yang berbeda yaitu 1 ml dan 200 µL plasma
disentrifugasi 4000xg selama 20 menit pada suhu 25oC (P1 dan P2), 1 ml dan 200
µL plasma disentrifugasi 16000xg selama 1 jam pada suhu 4oC (P3 dan P4), 1 ml
plasma disentrifugasi 21000xg selama 1 jam pada suhu 4oC (P5), 1 ml plasma
dalam PEG6000 20% diinkubasi semalaman pada 2-8oC kemudian disentrifugasi
21000xg selama 1 jam pada suhu 4oC (P6), 1 ml plasma dalam PEG6000 20%
dan NaCl 0.5M diinkubasi semalaman pada 2-8oC kemudian disentrifugasi
21000xg selama 1 jam pada suhu 4oC (P7), dan 200 µL sampel plasma tanpa
penambahan perlakuan (P8). Kadar virus diukur menggunakan kuantitatif realtime
PCR, dan hasil dari setiap perlakuan sampel dibandingkan dengan kontrol
(P8). Uji simulasi dilakukan pada sampel plasma dengan kadar virus 105; 104; 103
dan 102 kopi/ml yang diberikan perlakuan 3 (P3) yang dipilih berdasarkan hasil
sebelumnya, DNA kemudian disekuensing untuk dianalisis mutasi resistensinya
terhadap obat antivirus dan hasilnya dibandingkan dengan sampel yang tanpa
diberikan perlakuan. Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsentrasi
DNA pada rerata sampel yang diisolasi menggunakan P3 jika dibandingkan
dengan kontrol (P8). Sedangkan hasil sekuensing untuk analisis mutasi pada gen
polimerase terkait resistensi terhadap obat antivirus dapat dilakukan pada sampel
dengan kadar virus 105; 104; 103 kopi/ml baik yang diberikan perlakuan maupun
tanpa perlakuan. Namun, sampel dengan kadar virus 102 kopi/ml hanya dapat
dianalisis mutasi resistensinya pada sampel yang ditambahkan perlakuan 3 (P3).
Kesimpulan: 1 ml plasma yang disentrifugasi 16000xg selama 1 jam pada suhu
4oC (perlakuan 3) merupakan metode isolasi DNA yang mampu meningkatkan
perolehan DNA secara optimal dari sampel plasma penderita hepatitis B kronik,
sehingga analisis resistensi terhadap obat antivirus menggunakan teknik in-house
assay dapat di lakukan pada sampel dengan kadar virus <10.000 kopi DNA/ml.
ABSTRACTThe amplification of hepatitis B virus DNA from plasma samples is difficult
when HBV DNA levels <10.000 copies/ml. Thus, the initial step of extraction
become crucial for the success of amplification and sequencing. Increasing
concentrations of DNA in sufficient quantity and good quality need an optimal
isolation method. The aim of this study is to obtain an optimal DNA isolation
technique and generate HBV DNA in sufficient quantities, so that it can be used
to detect genetic changes of HBV polymerase gene related to drugs resistance on
chronic hepatitis B. The optimization of sample handling procedure for extracting
HBV DNA particles were performed by isolating plasma samples with viral load
105 copies/ml using eight different kinds of treatment are 1 ml and 200 µL of
plasma was centrifuged at 4000×g for 20 minutes at 25oC (P1 and P2); 1 ml and
200 µL of plasma centrifuged at 16000×g for 1 hour at 4oC (P3 and P4); 1 ml of
plasma centrifuged at 21000×g for 1 hour at 4oC (P5); 1 ml of plasma in 20%
PEG6000 were incubated overnight at 2-8oC then centrifuged at 21000xg for 1
hour at 4oC (P6), 1 ml of plasma in 20% PEG6000 and 0.5M NaCl were
incubated overnight at 2-8oC then centrifuged at 21000xg for 1 hour at 4oC (P7),
and 200 µL of plasma without treatment (P8). Hepatitis B virus level were
measured using quantitative real-time PCR, and the results of each treatment
compared to the control samples (P8). Simulation test performed on plasma
samples with grading of virus level (i.e 105; 104; 103 and 102 copies/ml) were
given treatment 3 (P3) were selected based on previous results, the DNA was
sequenced and then analyzed for drugs resistance and the results were compared
with samples without treatment. Result showed that an increasing in average
concentration of DNA samples was isolated using the P3 when compared with
controls (P8). While the results of sequencing for analysis of mutations in
polymerase gene associated with drugs resistance can be performed on samples
with virus level 105; 104; 103 copies/ml were given either treatment or no
treatment. However, samples with virus level 102 copies/ml can be analyzed only
on treatment samples. Conclusion: 1 ml plasma were centrifuged at 16000xg for
1 h at 4°C (treatment 3) is a DNA isolation method that can improve the recovery
of optimal DNA from plasma samples of patients with chronic hepatitis B, so that
the analysis of drug resistance using in-house assay techniques can be done on
samples with virus levels <10,000 copies/ml.