UI - Disertasi Membership :: Kembali

UI - Disertasi Membership :: Kembali

Amimpeh tanean lanjeng : politik tubuh imaji dan perlawanan janda terasing dari Madura = Amimpeh tanean lanjeng body politics imagination and resistance by Madurese exiled widow

Khoirul Umam Noer; Sulistyowati Suwarno, promotor (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014)

 Abstrak

[ABSTRAK
This research aimed to challenge Madurese culture from the woman's
perspective. It focuses on the politics of the body, and how the body politics
intersect with five things: marriage, displacement, place, resistance, and
collective memory. The entry point was a time when women were bound in
tanean, where women have to be married to achieve two of their destiny:
being a wife and being a mother. Marriage is important in tanean to attract
men into the wife's extended family, because men need to process the natural
environment of Madura, and it is important for tanean to maintain a surplus
of men. Displacement was a time when women were not able to reach her
destiny and finally had divorced. Without husband and children, women
experiencing social exclusion - alienated from their social environment and
obstruction of access to natural resources, so women should be evicted from
the environment. The place is the locus where women rebuild their lives
which are falling apart and deformed massively. In favor of economic
independence, in this new place woman rebuild her identity, making tanean
as moral geography, and began the dream of going back. There?s only one way
to capture the dream: fighting back. Resistance is women attempt to negotiate
their position of tanean as their cultural rights. They fight by sending gold in
hope that they are still regarded as part of the tanean. Collective memory is a
social tie that bind everyone in tanean. Collective memory is a goal to be
achieved, since being erased from the collective memory of tanean for the
women means their loosing hope and dreams. This study describes how
tanean incorporated almost everything, ranging from membership, natural
resources, and the economy, and to keep the tanean alive, body politics which
intertwined with the cultural logic of Madura can provide the answer.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meninjau ulang kebudayaan Madura
dari sudut pandang perempuan. Penelitian ini berfokus pada politik tubuh,
dan bagaimana politik tubuh bersinggungan dengan lima hal: perkawinan,
perpindahan, tempat, perlawanan, dan memori kolektif. Titik awalnya adalah
masa ketika perempuan berada dan terikat dalam tanean, di mana
perempuan harus menikah untuk mencapai dua takdir mereka: menjadi istri
dan menjadi ibu. Perkawinan menjadi penting dalam tanean untuk menarik
laki-laki masuk ke dalam keluarga luas istri, karena kebutuhan laki-laki
untuk mengolah lingkungan alam Madura yang kering, dan karenanya
penting bagi tanean untuk menjaga surplus laki-laki. Perpindahan adalah
masa ketika perempuan tidak mampu mencapai takdirnya dan akhirnya
harus bercerai. Tanpa suami dan anak, perempuan mengalami eksklusi sosial
- terasing dari lingkungan sosialnya, dan tertutupnya akses atas sumber daya
alam, sehingga perempuan harus terusir dari lingkungannya. Tempat adalah
lokus di mana perempuan membangun kembali kehidupan mereka yang
berantakan dan mengalami deformasi besar-besaran. Disokong oleh
kemandirian ekonomi, di tempat baru ini lah perempuan membangun
kembali identitasnya, menjadikan tanean sebagai geografi moral, dan mulai
bermimpi untuk kembali. Mimpi itu harus direbut dengan perlawanan.
Perlawanan adalah usaha perempuan untuk menawar posisi mereka atas
tanean sebagai hak kultural mereka. Mereka melawan dengan mengirimkan
emas dengan harapan agar mereka tetap dianggap sebagai bagian dari
tanean. Memori kolektif adalah ikatan yang mengikat setiap orang dalam
tanean. Memori kolektif adalah tujuan yang hendak dicapai, sebab terhapus
dari memori kolektif tanean berarti menghapus perempuan dan mimpimimpinya.
Penelitian ini menjelaskan bagaimana tanean mengikorporasikan
segala hal, mulai dari keanggotaan, sumber daya alam, dan ekonomi; dan
untuk menjaga agar tanean mampu terus bertahan, politik tubuh yang
berjalin dengan logika kultural Madura menyediakan jawabannya.;Penelitian ini bertujuan untuk meninjau ulang kebudayaan Madura
dari sudut pandang perempuan. Penelitian ini berfokus pada politik tubuh,
dan bagaimana politik tubuh bersinggungan dengan lima hal: perkawinan,
perpindahan, tempat, perlawanan, dan memori kolektif. Titik awalnya adalah
masa ketika perempuan berada dan terikat dalam tanean, di mana
perempuan harus menikah untuk mencapai dua takdir mereka: menjadi istri
dan menjadi ibu. Perkawinan menjadi penting dalam tanean untuk menarik
laki-laki masuk ke dalam keluarga luas istri, karena kebutuhan laki-laki
untuk mengolah lingkungan alam Madura yang kering, dan karenanya
penting bagi tanean untuk menjaga surplus laki-laki. Perpindahan adalah
masa ketika perempuan tidak mampu mencapai takdirnya dan akhirnya
harus bercerai. Tanpa suami dan anak, perempuan mengalami eksklusi sosial
- terasing dari lingkungan sosialnya, dan tertutupnya akses atas sumber daya
alam, sehingga perempuan harus terusir dari lingkungannya. Tempat adalah
lokus di mana perempuan membangun kembali kehidupan mereka yang
berantakan dan mengalami deformasi besar-besaran. Disokong oleh
kemandirian ekonomi, di tempat baru ini lah perempuan membangun
kembali identitasnya, menjadikan tanean sebagai geografi moral, dan mulai
bermimpi untuk kembali. Mimpi itu harus direbut dengan perlawanan.
Perlawanan adalah usaha perempuan untuk menawar posisi mereka atas
tanean sebagai hak kultural mereka. Mereka melawan dengan mengirimkan
emas dengan harapan agar mereka tetap dianggap sebagai bagian dari
tanean. Memori kolektif adalah ikatan yang mengikat setiap orang dalam
tanean. Memori kolektif adalah tujuan yang hendak dicapai, sebab terhapus
dari memori kolektif tanean berarti menghapus perempuan dan mimpimimpinya.
Penelitian ini menjelaskan bagaimana tanean mengikorporasikan
segala hal, mulai dari keanggotaan, sumber daya alam, dan ekonomi; dan
untuk menjaga agar tanean mampu terus bertahan, politik tubuh yang
berjalin dengan logika kultural Madura menyediakan jawabannya., Penelitian ini bertujuan untuk meninjau ulang kebudayaan Madura
dari sudut pandang perempuan. Penelitian ini berfokus pada politik tubuh,
dan bagaimana politik tubuh bersinggungan dengan lima hal: perkawinan,
perpindahan, tempat, perlawanan, dan memori kolektif. Titik awalnya adalah
masa ketika perempuan berada dan terikat dalam tanean, di mana
perempuan harus menikah untuk mencapai dua takdir mereka: menjadi istri
dan menjadi ibu. Perkawinan menjadi penting dalam tanean untuk menarik
laki-laki masuk ke dalam keluarga luas istri, karena kebutuhan laki-laki
untuk mengolah lingkungan alam Madura yang kering, dan karenanya
penting bagi tanean untuk menjaga surplus laki-laki. Perpindahan adalah
masa ketika perempuan tidak mampu mencapai takdirnya dan akhirnya
harus bercerai. Tanpa suami dan anak, perempuan mengalami eksklusi sosial
- terasing dari lingkungan sosialnya, dan tertutupnya akses atas sumber daya
alam, sehingga perempuan harus terusir dari lingkungannya. Tempat adalah
lokus di mana perempuan membangun kembali kehidupan mereka yang
berantakan dan mengalami deformasi besar-besaran. Disokong oleh
kemandirian ekonomi, di tempat baru ini lah perempuan membangun
kembali identitasnya, menjadikan tanean sebagai geografi moral, dan mulai
bermimpi untuk kembali. Mimpi itu harus direbut dengan perlawanan.
Perlawanan adalah usaha perempuan untuk menawar posisi mereka atas
tanean sebagai hak kultural mereka. Mereka melawan dengan mengirimkan
emas dengan harapan agar mereka tetap dianggap sebagai bagian dari
tanean. Memori kolektif adalah ikatan yang mengikat setiap orang dalam
tanean. Memori kolektif adalah tujuan yang hendak dicapai, sebab terhapus
dari memori kolektif tanean berarti menghapus perempuan dan mimpimimpinya.
Penelitian ini menjelaskan bagaimana tanean mengikorporasikan
segala hal, mulai dari keanggotaan, sumber daya alam, dan ekonomi; dan
untuk menjaga agar tanean mampu terus bertahan, politik tubuh yang
berjalin dengan logika kultural Madura menyediakan jawabannya.]

 File Digital: 1

Shelf
 D1460-Khaerul Umam Noer.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Disertasi Membership
No. Panggil : D1460
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xxi, 335 pages : illustration ; 28 cm. + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
D1460 07-17-512056061 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20364569
Cover