Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk Indonesia, mendorong peningkatan kebutuhan akan energi. Minyak bumi yang masih dominan sebagai sumber energi telah menimbulkan biaya finansial dan ekonomi yang terus membesar. Batubara merupakan sumber energi alternatif potensial yang diharapkan dapat menggantikan posisi minyak bumi sebagai sumber energi utama. Namun, meskipun kemampuan produksi batubara sangat besar, konsumsinya di dalam negeri sangat terbatas, dan sebagian besar produksi batubara dialokasikan pada pasar ekspor.
Penelitian ini mencoba mengkaji perkembangan permintaan dan penawaran batubara Indonesia terutama faktor-faktor yang mempengaruhinya serta struktur industri batubara. Metode estimasi yang digunakan adalah estimasi menggunakan data panel dan rasio konsentrasi pasar. Dalam menganalisis permintaan batubara dalam negeri menggunakan sektor pembangkit listrik, industri semen, industri tekstil, industri kertas dan logam. Sedangkan guna menganalisis permintaan luar negeri menggunakan empat negara importir batubara Indonesia, yaitu Cina, Jepang, India dan Korea Selatan. Provinsi penghasil batubara di Indonesia, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Sumatera Barat dan Bengkulu digunakan dalam analisis penawaran batubara Indonesia.
Berdasarkan analisis regresi berganda dengan data panel, diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan batubara dalam negeri adalah harga relatif batubara, pendapatan sektor industri dan dummy kebijakan Domestic Market Obligation (DMO). Tidak ada faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi permintaan batubara pada pasar domestik. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan batubara ekspor adalah harga relatif batubara ekspor, Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per Kapita negara tujuan ekspor, kurs riil, serta dummy kebijakan DMO. Penawaran batubara Indonesia dipengaruhi oleh harga batubara ekspor, harga batubara bagi industri, harga batubara bagi sektor pembangkit listrik, kurs rill dan luas lahan pertambangan. Sedangkan kebijakan DMO tidak mempengaruhi penawaran batubara Indonesia. Hasil analisis struktur pasar menemukan bahwa industri batubara Indonesia digolongkan memiliki struktur oligopoli.
Economic development and Indonesian population increase energy needs. Oil is still becoming dominant energy resource and causes expanding financial and economic cost. Meanwhile, coal is potential alternative energy resource expected to be able to replace oil as main energy resource. National coal production is very high, but the domestic consumption is still low and most are allocated for export.
The research is trying to analyze the development of Indonesian coal?s demand and supply, especially some influencing factors and coal industry structures. The estimation method used is estimation using panel data and market concentration ratio. In analyzing domestic coal demand is using power plant sector, cement industry industry, textile, paper industry, and metal. Meanwhile, in analyzing foreign demand is using four Indonesian coal importers such as China, Japan, India, and South Korea. Coal producer provinces in Indonesia such as East Kalimantan, South Kalimantan, South Sumatera, West Sumatera, and Bengkulu are used to analys Indonesian coal supply.
Based on the analysis of multiple regression by using panel data concludes that factors influencing domestic coal demand are coal relative price, industry sector?s income and the dummy policy of Domestic Market Obligation (DMO). There is no most dominant factor influencing coal demand in domestic market. Some factors influencing the demand of exported coal are exported coal?s relative price, Gross Domestic Income (GDI) per capita of export destination countries, real exchange rate, and DMO dummy policy. Indonesia coal supply is influenced by exported coal price, coal price for industries, coal price for power plant sector, real exchange rate, and the expanse of mining areas. Meanwhile, DMO policy does not influence Indonesian coal supply. Market structure analysis finds out that Indonesian coal industries are classified for having oligopoly structure.